Menimbang makanan berlebih (dok. Garda Pangan) |
"Maaf pak, makanan sebanyak ini mau dibuang? Tidak dikasih saja ke karyawan untuk dibawa pulang? Atau dibagikan kepada pemulung, sepertinya lebih bermanfaat", tanyaku saat melihat tumpukan makanan olahan yang berlebih ada di atas working table dalam keadaan tertimbang. Biasanya sehabis ini akan dibungkus rapi dan siap diangkut petugas kebersihan.
"Memang aturannya seperti itu, daripada nanti ada yang menuntut karena sakit perut atau keracunan akibat makan makanan sisa yang kita berikan, lebih baik dimusnahkan. Kecuali buah-buahan yang masih segar, bisa kita bawa atau dibagi-bagikan", jawab kepala dapur menerangkan alasannya.
Aku tidak bisa menyanggah, sebagai mahasiswi magang di perusahaan katering kala itu, hanya bisa menghela nafas. Sambil menulis laporan kerja, hati tetap tidak terima jawabannya. Batinku memberontak, tidak tega melihat makanan sia-sia seperti itu. Sejak kecil kami selalu dinasihati ibu, kalau makan harus dihabiskan, biar nasinya tidak nangis. Jangan mubazir, nanti jadi temannya setan.
Kejadian itu terulang kembali 20 tahun kemudian. Dua bulan lalu aku melihat onggokan donat dan sosis di pojok kasir minimarket. Ternyata tidak laku dan sudah melewati batas simpan. Kata kasir, donat itu akan diretur dan tidak boleh dijual lagi. Padahal donatnya masih cantik-cantik, lho. Namun ada juga yang terbuang di pojokan tempat sampah, "oh, kalau itu tidak diretur karena tidak ada petugas yang datang, jadi dibuang saja", lanjutnya. Wah, De javu!
Hmm, andai saja mereka memberikan potongan harga tinggi pada waktu tertentu sebelum toko tutup, mungkin ini bisa jadi solusi. Dengan senang hati masyarakat akan memborong habis. Seperti cerita viral anak rantau yang kuliah di Jerman, dia sengaja berburu makanan di restoran menjelang tutup karena biasanya ada program diskon besar.
Keripik sayuran yang lezat (dok.pribadi) |
Pernah mendengar pempek nasi atau keripik sayur olahan dari sisa makanan berlebih? Itu enak lho, aku pernah membuatnya. Atau seperti di negara Belgia ada program bagi-bagi ayam agar makanan berlebih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ayam dan kemudian ayamnya bisa kita jadikan ayam bakar, hehe. Artinya banyak jalan untuk menyelamatkan makanan berlebih agar menjadi bermanfaat.
Dampak Makanan Berlebih Yang Tidak Tertangani Bisa Membahayakan Kehidupan Saat Kini dan Nanti.
Aku dulu juga berfikir, jika kasus makanan berlebih seperti itu dibuang hanya dari beberapa tempat saja mungkin tidak terlalu mengkhawatirkan ya. Tetapi bagaimana jika terjadi pada ratusan bahkan ribuan tempat? Apalagi menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 tercatat ada 10 ribu lebih tempat usaha makanan minuman di Indonesia.
Data ini meningkat sekitar 20% dibanding tahun sebelumnya. Artinya, ada kemungkinan besar fenomena jumlah sampah makanan (food waste) maupun kelebihan makanan yang terbuang (food loss) semakin meningkat.
Angka ini belum ditambah dari sampah organik rumah tangga, rumah sakit, hasil panen gagal, budaya lapar mata, atau ugly produce yaitu sisa sayur dan buah-buahan yang tidak lolos ke pasar karena tampilannya jelek namun sebenarnya masih layak dikonsumsi.
Sisa ubi yang mengkerut tidak terjual di pasar (dok.pribadi) |
Jika semua itu dikumpulkan, sudah terbayang kan apa yang akan terjadi? Yap, tak heran kini Indonesia termasuk negara dengan jumlah sampah makanan tertinggi di dunia, sebanyak 14 juta ton. Ironis ya, padahal masih banyak masyarakat yang kelaparan dan anak-anak stunting akibat tidak mendapatkan akses makanan dan minuman yang baik.
Oya, aku pernah menonton tayangan di youtube. Membahas mengenai kehidupan manusia yang tinggal di Tempat Pembuangan Sampah (TPA). Ada satu hal yang membuatku terhenyak, mereka sangat gembira ketika menemukan karungan berisi sisa-sisa makanan seperti ayam goreng, donat, roti, buah-buahan dan semacamnya. Seperti mendapat harta karun.
Salah satu penghuni TPA memperlihatkan cara mereka menyisihkan potongan makanan yang dianggap masih layak dan tidak bau itu, dibawa pulang, kemudian diolah kembali menjadi makanan yang lezat. "Alhamdulillah gak bikin sakit perut, malah bikin kami kenyang, enakan ayam yang udah diolah di sini daripada beli di restoran, sampai sekarang sehat-sehat aja nih," begitu ujarnya sambil tertawa-tawa tanpa beban.
Ya Tuhan, mau ikut tersenyum malah jadi prihatin melihat kenyataan ini. Hiks! Okelah, kalau mereka merasa kebal dengan makanan seperti itu, kita tidak bisa memaksa harus makan makanan yang layak dan higienis. Namun di sisi lain, kehidupan mereka tetap akan terancam.
Tumpukan sampah organik dapat sebabkan gas metana meledak di TPA (Source: @gardapangan) |
Gunungan sampah-sampah yang tidak terpilah antara sampah organik maupun non organik akan menimbulkan aroma tidak sedap, muncul gas-gas beracun seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), ini lebih buruk dari karbon diokasida sehingga dapat mengganggu kesehatan lingkungan pada tempat tinggal mereka.
Selain dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, gas-gas beracun seperti metana disinyalir bisa memicu kebakaran, asap tebal, dan dapat meledak waktu-waktu seperti tragedi di TPA Leuwigajah Cimahi pada tahun 2005 yang menewaskan hingga 157 orang dan menghilangkan ratusan orang akibat terkubur di dalam ribuan ton sampah.
TPA Leuwigajah sempat ditutup, namun ini bukan solusi tepat, bagaimana pun sampah tidak bisa dihindari. Perlu adanya kebersamaan berbagai pihak untuk mengatasi dan menangani masalah makanan berlebih ini agar tidak menjadi sumber pencemaran lingkungan dan pemicu efek gas rumah kaca yang membahayakan kehidupan kini dan nanti.
Upaya Manfaatkan Makanan Berlebih Bersama Garda Pangan Demi Wujudkan Lingkungan Sehat Sejahtera.
Jika kita membuang bahan pangan, bukan saja merusak lingkungan, namun semua akan merasa dirugikan, terutama petani dan pemerintah. Mulai pembibitan, penanaman, panen, pendistribusian, penyimpanan, semua menggunakan biaya dan tenaga.
Untuk mengurangi dampak ini, Yayasan Garda Pangan hadir sebagai food bank untuk menyelamatkan dan memanfaatkan makanan berlebih. Jika makanan tersebut masih sangat layak dikonsumsi maka dapat disalurkan untuk keluarga prasejahtera, sedangkan makanan yang sudah tidak layak dimakan dapat disalurkan menjadi pupuk organik maupun budidaya Maggot yang bermanfaat sebagai pengurai sampah organik dan pakan ternak.
Yayasan Garda Pangan berdiri sejak 2017. Bergerak mengajak para relawan inti tetap yang kini berjumlah sebanyak 40 orang dan beberapa relawan publik untuk bekerjasama dengan senang hati, tanpa melihat suku bangsa, agama, dan pendidikan. Siapa pun boleh bergabung di sini, termasuk anak sekolah dasar, tentunya didampingi orangtua juga ya. Namun jika ditotal pada tahun lalu sudah ada 600 lebih orang relawan.
Para relawan mengolah makanan berlebih (dok. Garda Pangan) |
Mereka disebut Food Heroes yang bertugas bersama-sama menyortir, mengumpulkan berbagai makanan dan bahan pangan berlebih yang tidak terjual dan tidak terkonsumsi pada hari itu dari industri makanan, restoran, dapur hotel, toko kue dan roti, cafe, supermarket, catering, pertanian, event acara kuliner, kantin sekolah, maupun rumah tangga.
Wah, ini keren!
Akhirnya ada juga pemerhati lingkungan sosial yang menjawab keresahan selama ini. Untuk informasi lebih lengkap, sengaja kuhubungi salah satu relawan inti Garda Pangan yaitu Kevin Gani melalui WhatsApp, aku ingin mengobrol banyak. Pria kelahiran Jakarta 25 tahun silam dan bertempat tinggal di Surabaya ini amat ramah menyambutku.
Wawancara bersama Kevin Gani (dok.pribadi) |
Di sela-sela kesibukannya, Kevin yang sedang menempuh pendidikan S2 Ilmu Komunikasi ini menyempatkan menjawab dan membeberkan kinerja Garda Depan yang sudah digelutinya selama tujuh tahun ini kepadaku. Kevin sudah paham betul seluk beluk dan merasakan suka dukanya ketika bergerak bersama Garda Pangan.
Pada awalnya memang sering mendapatkan kendala, banyak yang heran dan meragukannya. Namun seiring waktu, manfaat kerjasama Garda Pangan dengan berbagai pihak terlihat nyata. Telah terbukti dengan adanya sirkulasi yang baik sehingga tidak ada makanan atau bahan pangan yang terbuang sia-sia.
Kegiatan Garda Pangan sangat banyak. Mulai melakukan food rescue dari beberapa tempat hospitality, atau food drive dari berbagai acara festival kuliner, mengolah, mengemas, kemudian mengantarnya ke beberapa titik lokasi penerima, sehingga banyak masyarakat yang bahagia mendapat bantuan makanan yang disalurkan dari Garda Pangan. Lingkungan jadi bersih dari sampah, masyarakat pun bisa hidup nyaman dan sehat.
Kevin Gani melakukan food rescue dari hospitality (dok. Garda Pangan) |
Kevin menambahkan, agar semua terlaksana dengan baik, Garda Pangan bertanggung jawab menjalankan serangkaian aturan sesuai SOP, memastikan kelayakan makanan sebelum diolah dan disalurkan. Ada alat khusus yang dipakai untuk pengujian seperti organoleptik.
Pengecekan ini dimulai dari tekstur, warna, aroma, tes random, tes bebas kotoran dan jamur. Semua relawan inti maupun relawan publik harus menggunakan masker dan sarung tangan agar proses penanganan makanan ini tetap aman dan higienis, mulai dari pengolahan, pengemasan hingga transportasi pendistribusian.
Selain mengolah menjadi makanan siap santap, Garda Pangan bersama salah satu relawan seorang Healthy Food Artisan membuat saos tomat dan Sun Dried Tomato. Bahannya didapat dari petani tomat yang gagal tidak layak jual akibat ukuran dan bentuk tidak sesuai standar jual. Setelah selesai, kemudian dikemas dalam botol dan dijual dengan jumlah terbatas.
Menerima Manfaat Pangan Berkelanjutan, Kesejahteraan Meningkat.
Dalam penyalurannya, Garda Pangan juga sudah memiliki database para penerima dari berbagai wilayah di Surabaya dan Malang. Para penerima manfaat atau disebut beneficiaries adalah masyarakat yang telah disurvey dan dipilih secara cermat agar bantuan yang diberikan tepat sasaran. Antara lain penduduk pemukiman masyarakat pra-sejahtera, kaum duafa, anak jalanan, difabel, janda, anak yatim piatu, lansia, rumah singgah, bahkan pengungsi.
Penerima Manfaat Mengantri Untuk Mendapatkan Makanan Berlebih (dok. @gardapangan) |
Semua tercatat rapi, berisi data pribadi dan jumlah warga. Termasuk ketersediaan fasilitas penyimpanan makanan seperti kulkas perlu didata, agar relawan dapat menyesuaikan jam distribusi. Sampai saat ini, menurut Kevin Gani sudah terdapat 205 kantong yang terdata. Jika perekonomian di Indonesia belum stabil, bisa saja jumlah ini akan terus bertambah. Makanya Garda Pangan berharap agar masyarakat sadar tidak ada lagi yang membuang makanan.
Selain masyarakat pra-sejahtera, manfaat ini juga dirasakan oleh para petani. Mereka sangat terbantu pada saat harga panen anjlok maupun gagal panen. Garda Pangan memberikan solusi dengan melakukan gleaning yaitu memungut sisa sayuran dan buah segar berlebih dari pertanian maupun perkebunan untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan, dibuat aneka makanan, atau dijual kepada para donatur maupun masyarakat umum sehingga petani tidak merugi.
Kegiatan Gleaning jeruk baby saat harganya sedang anjlok (dok. Garda Pangan) |
Atau jika ibu rumah tangga ingin berpartisipasi mendukung kegiatan Garda Depan, bisa mendaftar sebagai peserta Biofly Farm #OgahNyampah yaitu mengumpulkan sampah kulit buah dan sayur, atau sisa nasi basi, ke dalam drum khusus untuk dijemput oleh petugas relawan Garda Pangan. Dan akan dimanfaatkan untuk membuat pupuk dan pestisida organik. Dan pupuk ini juga bisa dipakai peserta untuk tanaman di dalam polybag.
Selain program penerima manfaat, Kevin dan kawan-kawan relawan juga melakukan pendekatan kepada berbagai pihak termasuk kepada keluarga agar kegiatan ini terus berlanjut. Melalui kegiatan campaign di berbagai tempat seperti di sekolah-sekolah, di acara car free day, event peringatan dan perayaan lingkungan, dan menjadi pembicara di berbagai kegiatan nasional maupun dunia.
Kevin berharap agar kegiatan ini semakin dikenal, banyak perusahaan atau lembaga maupun individu yang mengetahui kinerja Garda Pangan dalam menyelamatkan bumi, kemudian mau ikut serta berpartisipasi di dalamnya sehingga jumlah sampah makanan di Indonesia pun perlahan-lahan berkurang.
Jika melihat rekapan pada bulan September 2024 kemarin, Garda Pangan telah melaksanakan food rescue dengan mendistribusikan sebanyak 8.342 porsi makanan, setara 1.693 Kg. Menyalurkannya kepada 4.033 penerima manfaat, dan mengolah sampah oranik menjadi pakan ternak sebanyak 34.545 Kg, sehingga sebanyak 65.635 emisi karbon bisa dicegah. Pada tahun 2023 lalu, Garda Pangan telah berhasil menyelamatkan sekitar 11,3 ton makanan berlebih agar tidak terbuang.
Dan berkat kegigihan dan kepiawaiannya ini, Kevin berhasil mendapat penghargaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2024 untuk kategori lingkungan sebagai "Pejuang Pangan Keberlanjutan" yang diselenggarakan di Jakarta pada akhir Oktober kemarin.
Kevin Gani "Pejuang Pangan Keberlanjutan" (dok. YouTube SATU Indonesia) |
Dengan program penghargaan ini diharapkan adanya kolaborasi dengan program unggulan Astra lainnya seperti Kampung Berseri Astra (KBA) dan Desa Sejahtera Astra (DSA) agar semakin banyak dampak positif berkelanjutan yang dapat dirasakan semua orang. Seperti apa yang sudah dilakukan Kevin Gani bersama Garda Depan.
Yuk, kamu juga bisa ikut berpartisipasi mengatasi masalah makanan berlebih! Agar lingkungan sehat, masyarakat sejahtera.
Sumber informasi dan foto:
• https://harian.disway.id/read/805418/ratusan-triliun-sampah-makanan-di-indonesia
• https://www.google.com/amp/s/www.jawapos.com/kesehatan/amp/01475085/tekan-food-loss-lewat-inovasi-serap-produk-kurang-sempurna-petani-lokal
• https://www.tempo.co/lingkungan/ledakan-tpa-leuwigajah-insiden-paling-parah-yang-pernah-terjadi-di-indonesia-141803
• https://gardapangan.org/program/
• Wawancara pribadi dan Instagram @gardapangan
Biasakan terus ya habiskan makanan sendiri biar enggak terbuang sia-sia dan jadi masalah di kemudian hari. Garda Pangan perlu dipertahankan kegiatannya nih, biar makin terbantu warga pra-sejahtera ke akses pangan.
BalasHapus