Anak malas menulis? |
Gejala ini sudah nampak sejak batita, dia tidak suka corat coret, diajari menulis tidak perhatian, dibacain buku pun lebih banyak ngomongnya dibanding mendengarkan. Si adek lebih suka jungkir balik, korek-korek tanah, manjat sana sini, dan bermain hotwheel. Maklum yaa namanya juga anak laki-laki.
Sebelumnya dia bersekolah di taman kanak-kanak hanya setahun, karena tatap muka terbatas akibat pandemi, jadi jam belajarnya memang sangat kurang. Kalau pulang ke rumah maunya langsung main sepeda bareng anak tetangga. Tetap gak mau disuruh nulis menulis lagi.
Awalnya aku tidak terlalu mempermasalahkan, namanya juga masih kelas satu, nanti juga terbiasa. Namun di pertengahan sekolah ini, teman-teman lainnya bisa menulis dengan cepat dan mendapat nilai. Sedangkan anakku termasuk anak-anak yang lambat menulis dan akhirnya gak dapat nilai.
Huhu, mao nangis! Apalagi si adek easy going, dia santai aja walau dikatain temennya, seperti gak ada beban. Berseberangan denganku, berkali-kali memberi nasihat, dia seperti gak nurut, tetep begitu lagi. Lama-lama aku yang uring-uringan, gregetan, khawatir. Gimana kalau dia gak berubah? Bakalan dicap anak nakal dan males, deh!
Pernah sekali waktu kuajak diskusi, menanyakan mengapa dia malas menulis? Jawabannya adalah: "Nulisnya kebanyakan, udah ada di buku malah ditulis lagi. Kan adek bisa nulis di laptop. Adek juga gak suka sama bukunya, bosen, tulisannya kecil-kecil, kepanjangan bacanya".
Hmm, alasannya masuk akal sih, tekhnologi semakin canggih membuat kita lebih suka mengetik di gadget, bahkan tersedia voice note dan google voice. Malas nulis ya tinggal bicara. Bener dong, kita aja suka gitu, saking udah lamanya gak nulis tangan, jadi kaku..
Ditambah lagi pelajaran-pelajaran sekarang tuh materinya berat, buku paketnya seperti jurnal skripsi, kalimatnya susah dipahami, muter-muter, seperti gak mikirin psikologi anak. Mana doyan anak baca buku macam begini. Dibalik-balik doang, ilmunya gak nyerep ke otak, bisa menghambat anak generasi maju.
Akhirnya aku mencari tahu, jangan-jangan si adek kena gejala Disgrafia, yaitu ada gangguan kemampuan dan hambatan menulis. Tapi mudah-mudahan sih bisa diperbaiki ya. Soalnya menurut Julie Kendell dan Deanna Stefanyshyn (2012), gejala disgrafia sering muncul saat anak-anak duduk di kelas 1 - 2 sekolah dasar. Contohnya seperti ini:
• Si anak mampu bicara, bisa membaca, tapi keterampilan menulisnya minim, lambat dan lama
• Banyak melakukan kesalahan ejaan atau bisa juga terjadi tulisan terbalik, kesalahan tanda baca atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali
• Ukuran huruf tidak teratur, bentuk berubah-ubah, besar kecil, tegak dan miring.
• Terjadi unfinished, dimana ada huruf atau kata yang hilang bahkan kurang dalam satu kalimat
• Tidak konsistensi menuliskan huruf besar dan huruf kecil, penggunaan halaman, spasi (antara kata), antara huruf, dan penggunaan garis atas bawah samping
Gejala dan Penyebab Disgrafia, Gangguan Kemampuan Menulis
Akhirnya aku mencari tahu, jangan-jangan si adek kena gejala Disgrafia, yaitu ada gangguan kemampuan dan hambatan menulis. Tapi mudah-mudahan sih bisa diperbaiki ya. Soalnya menurut Julie Kendell dan Deanna Stefanyshyn (2012), gejala disgrafia sering muncul saat anak-anak duduk di kelas 1 - 2 sekolah dasar. Contohnya seperti ini:
• Si anak mampu bicara, bisa membaca, tapi keterampilan menulisnya minim, lambat dan lama
• Banyak melakukan kesalahan ejaan atau bisa juga terjadi tulisan terbalik, kesalahan tanda baca atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali
• Ukuran huruf tidak teratur, bentuk berubah-ubah, besar kecil, tegak dan miring.
• Terjadi unfinished, dimana ada huruf atau kata yang hilang bahkan kurang dalam satu kalimat
• Tidak konsistensi menuliskan huruf besar dan huruf kecil, penggunaan halaman, spasi (antara kata), antara huruf, dan penggunaan garis atas bawah samping
• Salah memegang pensil, pulpen, spidol, krayon. Akibatnya kertas sering kotor dan berjejak.
• Suka berbicara sendiri saat menulis, mengetuk-ngetuk alat tulis, kebanyakan bengong berimajinasi
• Tetap kesulitan dan lambat menyalin contoh tulisan yang sudah ada di papan tulis atau di buku
Semua itu bisa dipicu berbagai hal dan sudah menjadi umum di Indonesia. Artinya, banyak kok anak yang begini. Bisa jadi karena pelajaran anak-anak usia dini sudah padat, langsung mendapatkan materi yang bejibun tanpa diberi kesempatan banyak bermain dan mengasah motorik halusnya. Sehingga tidak ada gairah belajar.
Selain Disgrafia, anak usia dini bisa mengalami kesulitan belajar lainnya seperti gejala Disleksia (gangguan hambatan membaca) dan Diskalkulia (Gangguan hambatan berhitung). Peranan guru dan orangtua sangat penting. Kita harus lebih peka agar tidak berkelanjutan.
Ada pun penyebab Disgrafia ini diduga dari faktor disfungsi neurogologis, bukan disebabkan oleh faktor inteligensi (kecerdasan), atau bisa jadi keturunan. Mereka bukan anak bodoh dan malas. Cuma memang gak minat aja. Sebaliknya mereka itu cerdas di bidang lain, independen, bebas, banyak imajinasi, entertainment, karena otak kanannya lebih dominan.
• Suka berbicara sendiri saat menulis, mengetuk-ngetuk alat tulis, kebanyakan bengong berimajinasi
• Tetap kesulitan dan lambat menyalin contoh tulisan yang sudah ada di papan tulis atau di buku
Semua itu bisa dipicu berbagai hal dan sudah menjadi umum di Indonesia. Artinya, banyak kok anak yang begini. Bisa jadi karena pelajaran anak-anak usia dini sudah padat, langsung mendapatkan materi yang bejibun tanpa diberi kesempatan banyak bermain dan mengasah motorik halusnya. Sehingga tidak ada gairah belajar.
Selain Disgrafia, anak usia dini bisa mengalami kesulitan belajar lainnya seperti gejala Disleksia (gangguan hambatan membaca) dan Diskalkulia (Gangguan hambatan berhitung). Peranan guru dan orangtua sangat penting. Kita harus lebih peka agar tidak berkelanjutan.
Ada pun penyebab Disgrafia ini diduga dari faktor disfungsi neurogologis, bukan disebabkan oleh faktor inteligensi (kecerdasan), atau bisa jadi keturunan. Mereka bukan anak bodoh dan malas. Cuma memang gak minat aja. Sebaliknya mereka itu cerdas di bidang lain, independen, bebas, banyak imajinasi, entertainment, karena otak kanannya lebih dominan.
Teringat tulisan mom blogger yang menjelaskan tentang Home Education, berikan hak anak belajar sesuai minatnya. Si adek memang lebih menyukai berhitung, mewarnai, membaca, menyusun puzzle, dibanding menulis rapi di buku.
Kenali 5 (Lima) Bagian Jenis Disgrafia
Dalam penelitian, gejala Disgrafia pun diklasifikasikan menjadi 5 bagian jenis. Artinya gejala ini bermacam rupa, tidak sama pada setiap anak.
1. Disleksia Dysgraphia
Bentuk disgrafia yang ditandai dengan tulisan tangan anak tak terbaca, huruf, dan tanda baca yang dibuat anak salah.
2. Motor Dysgraphia
Keterampilan motorik halusnya kurang, otot kaku, tidak tangkas, gerakan tangannya tampak kikuk, memerlukan tenaga ekstra tekanan, bentuk tulisan sering miring karena objek penulisan salah, tapi ejaan paham dan tidak terganggu
3. Dysgraphia Spasial
Anak mengalami gangguan pemahaman ruang, tulisan anak terbaca, anak bisa menyalin, pemahaman ejaan normal, tetapi tulisannya sering berada di atas atau bawah garis, jarak spasi juga tidak konsisten.
4. Fonologi Dysgraphia
Anak mengalami gangguan fonologi, jenis ini umumnya diderita anak yang berbahasa asing luar negeri yang di dalamnya terdapat perbedaan antara ejaan dan bunyi
5. Leksikal Dysgraphia
Ini sama dengan disgraphia fonologi, tetapi biasa terjadi pada kata-kata yang tidak sama antara ejaan dan lafalnya, seperti pada bahasa Inggris dan Perancis.
Haduh, berat yee bahasannya. Sini pelukan dulu. Everything it's oke. Gak apa-apa jika mereka mengalami sedikit hambatan belajar, pasti ada solusinya kok. Semoga anak-anak kita bisa belajar dengan baik, masa depannya tetap cerah. Ini bukan kabar buruk, kok.
Pengananan dan Strategi Belajar Untuk Anak Disgrafia
Dengan kondisi begini, para guru dan orangtua harus bijaksana. Lakukan beberapa tahapan, seperti:
1. Perlu ekstra sabar dan tetap didukung terus agar bisa melewati hambatan sambil berikan motivasi dan semangat.
2. Berikan pujian dan atensi jika mereka sudah mampu menyelesaikan tugasnya apa pun kondisinya.
3. Jadikan suasana belajar yang nyaman, selingi dengan bermain tepuk, bernyanyi, atau games tebak-tebakan
4. Fleksibel dalam memberikan tugas, tidak diburu-buru, khawatir mereka akan stress, malah makin ngambek tidak mau belajar.
5. Terus ajak komunikasi dan diskusi sambil memantau bagian mana kesulitan mereka dalam berhitung, menulis atau membaca
6. Berikan media belajar yang menarik seperti di LCD Writing Tablet, papan tulis, buku cerita bergambar, manik-manik, dan lainnya.
Menurut Yusuf, dkk (2003) strategi-strategi dibawah ini bisa dipakai oleh guru di sekolah dan orangtua di rumah. Seperti:
• Latihan memegang alat tulis, memperbaiki posisi duduk dan jarak mata dengan buku.
• Gunakan pensil segitiga atau pencil grip (trigonal pencil), spidol, kapur tulis dan lainnya untuk menggambar dan mencorat-coret bentuk garis, lingkaran.
• Latih menulis di udara, di atas media yang bertekstur seperti pasir, cat air, untuk melenturkan jari (fingerpainting).
• Latihan menarik garis, membuat bentuk-bentuk bangun datar, menyambung titik, menelusuri garis (tracing) dan menjiplak bentuk huruf.
• Menulis huruf balok kemudian huruf sambung, berikan warna di setiap garis penghubungnya agar lebih eye catching.
• Melatih indra multisensori yaitu anak melihat cara menulis sambil mendengar penjelasan guru trik menulis dan contoh huruf. Bisa pakai flashcard.
• Pahami kekurangan anak Disgrafia ini, jangan sampai anak itu frustasi, apalagi sampai dibanding-bandingkan dengan anak lain. Berikan motivasi.
• Untuk anak disgrafia berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Jangan kebanyakan seperti anakku bilang.
• Tes ujian untuk anak disgrafia sebaiknya diberikan secara lisan dan bukan tertulis.
• Berikan kesempatan anak disgrafia menulis menggunakan mesin ketik atau komputer, tak usah memaksa menulis dengan tangan.
Semoga tercerahkan yaa. Jadi sekarang gak usah senewen lagi, jangan minder dengan omongan wali murid lain, anak hebat tetap istimewa di hati. Doakan saja semoga mereka selalu semangat dan mampu mengerjakan tugas dengan baik. Aamiin..
Jarang terdengar kelainan ini, kebanyakan anak malah aktif nulis pas awal memasuki bangku sekolah TK, sama halnya dengan menggambar. Sedikit sulit mengatasi ini, ya, perlu dikhususkan. Terima kasih informasinya!
BalasHapusMasyaallah Kak, ini yang sedang aku alami, aku hampir frustasi karena berbagai motivasi sudah aku kasih (termasuk kadang mungkin sampai terdengar seperti ancaman hikzzz, misalnya "sudah kalau adek tetep ga mau nulis, mama ga mau nemenin belajar", aku tau caraku ini salah, tapi manusiawi kan yaaa makk saat kita juengkellll maksimal dan anaknya tetep slay, nggak ada beban samasekali, disaat aku galau maksimal aku tetep berusaha gimana memecahkan masalah ini, searching kesan kemari akhirnya aku nemu artikel tentang disgrafia selain aku nemu blog Kakak ini, jadi bikin tambah semangat ini, mencoba metode agar anakku yang kedua ini punya motivasi buat menulis. Semoga artikel Kakak dan artikel lain yang aku temukan bisa membantuku memecahkan masalah ini, agar tidak berkelanjutan hehehhehe, Pelukk eratt dari jauh, salam kenal yaaa Kak, terimakasih banyak untuk tulisannya.
BalasHapus