Hikmah Catlovers, jadi idola kucing kampung |
Kenalin, ini kucing-kucingku. Namanya Pupus, Bona, Boni, Tako, dan Taki. Mereka sedang menunggu nasi ikan cue tongkol yang sedang kubuat. Di hadapanku adalah empat ekor jantan. Statusnya sebagai bapak, uncle, kakak dan adik. Sedangkan yang menyendiri adalah kucing betina yang selalu mengalah.
"Biarlah, cowok-cowok aja dulu yang makan, emak mah bisa belakangan," mungkin begitu pikirnya.
Tadinya mereka ada delapan ekor. Berhubung ibu mertua dan suami mulai keberatan karena rumah terasa sempit dan keramean, akhirnya tiga ekor lainnya diadopsi oleh para catlovers. Prosesnya menarik dan haru, insyaallah nanti aku ceritakan di judul yang lain.
Memelihara kucing sudah menjadi kebiasaan almarhum ayah dan ibu sejak dulu, mereka suka membiarkan kucing masuk ke dalam rumah, diberi makan, tak pernah diusir, lama-lama kucingnya betah dan terpelihara dengan baik. Yah, bisa dikatakan sebagai catlovers, penyayang kucing.
Hidupku juga jadi terbiasa dengan kucing. Di album foto kenangan, nampak diriku yang masih bayi duduk bersandar bersama kucing oranye yang mengantuk. Sampai aku SMA, ada kucing betina kesayangan yang super ngerti dan menjadi teman saat mengaji. Namanya Kittun (artinya kucing dalam bahasa Arab). Punya anak berkali-kali tapi mati.
Kittun pergi begitu saja dan tak pulang ketika aku berusia 20 tahunan, kata ibu mungkin dia mati. Dan tiga tahun kemudian ibu pun wafat. Entah kenapa sejak itu tidak ada kucing yang hadir ke rumah, mungkin karena aku sudah sibuk kuliah, bekerja hingga menikah dan punya anak.
Dan ketika sudah mulai santai mengurus anak, wallahualam, ada saja kucing yang datang ke rumah ini. Kondisinya ada yang kelaparan atau sakit. Mereka kuberi makan dan diberi susu, alhamdulillah begitu sehat mereka berkelana kembali.
Sampai akhirnya ada si Pupus, anak kucing yang hijrah dari rumah tetangga belakang. Sudah dibalikin, tetap saja kemari lagi dan lagi, sampai betah hidup di dalam rumah dan tumbuh besar. Lalu hadirlah Boni, si anak kucing pungut dari halaman masjid. Tak lama kemudian hadir si Bona, anak kucing betina titipan yang katanya hampir hanyut di kali.
Hmm, ya sudah. Berhubung anak-anakku suka, mereka diterima dengan baik. Diajak main, hitung-hitung mengasah kecerdasan naturalis tanpa takut. Kini jadi anggota keluarga yang akur hingga beranak pinak menambah 5 (lima) ekor anak kucing bernama Tako dan Taxi. Lima bulan kemudian lahirlah Owi, Abo, dan Taki.
Berpuluh-puluh tahun memelihara kucing membuatku jadi menemukan banyak hikmah, suka duka, bercampur aduk, antara lain:
1. Menambah Rejeki
Kata ibu jangan pelit pada sesama makhluk Allah. Rejeki kita harus disisihkan termasuk untuk hewan. Tidak akan habis rejeki orang yang bersedekah, Allah SWT akan mengganti berlipat ganda, entah pertolongan atau rejeki yang lain. Alhamdulillah memang betul, ada saja makanan untuk mereka walau bukan Royal Canin. Cuma merk Cat Choize, Life Cat atau Bolt yang murah meriah.
Meski kadang-kadang keuangan kami sempit, suka bokek, tapi kebutuhan kami tetap tercukupi, kucing-kucing pun ngerti, ikut puasa, mau makan bakwan, tempe, bolu, atau bisa cari cemilan sendiri di luar rumah, berupa belalang, cicak, bahkan burung kecil. Untungnya bukan ayam tetangga. Semoga tidak..
2. Terapi Jiwa
Tadinya mereka ada delapan ekor. Berhubung ibu mertua dan suami mulai keberatan karena rumah terasa sempit dan keramean, akhirnya tiga ekor lainnya diadopsi oleh para catlovers. Prosesnya menarik dan haru, insyaallah nanti aku ceritakan di judul yang lain.
Jadi Rumah Singgah Kucing
Anak-anak Bona |
Memelihara kucing sudah menjadi kebiasaan almarhum ayah dan ibu sejak dulu, mereka suka membiarkan kucing masuk ke dalam rumah, diberi makan, tak pernah diusir, lama-lama kucingnya betah dan terpelihara dengan baik. Yah, bisa dikatakan sebagai catlovers, penyayang kucing.
Hidupku juga jadi terbiasa dengan kucing. Di album foto kenangan, nampak diriku yang masih bayi duduk bersandar bersama kucing oranye yang mengantuk. Sampai aku SMA, ada kucing betina kesayangan yang super ngerti dan menjadi teman saat mengaji. Namanya Kittun (artinya kucing dalam bahasa Arab). Punya anak berkali-kali tapi mati.
Kittun pergi begitu saja dan tak pulang ketika aku berusia 20 tahunan, kata ibu mungkin dia mati. Dan tiga tahun kemudian ibu pun wafat. Entah kenapa sejak itu tidak ada kucing yang hadir ke rumah, mungkin karena aku sudah sibuk kuliah, bekerja hingga menikah dan punya anak.
Dan ketika sudah mulai santai mengurus anak, wallahualam, ada saja kucing yang datang ke rumah ini. Kondisinya ada yang kelaparan atau sakit. Mereka kuberi makan dan diberi susu, alhamdulillah begitu sehat mereka berkelana kembali.
Boni oren dan Bona putih, si anak pungut |
Sampai akhirnya ada si Pupus, anak kucing yang hijrah dari rumah tetangga belakang. Sudah dibalikin, tetap saja kemari lagi dan lagi, sampai betah hidup di dalam rumah dan tumbuh besar. Lalu hadirlah Boni, si anak kucing pungut dari halaman masjid. Tak lama kemudian hadir si Bona, anak kucing betina titipan yang katanya hampir hanyut di kali.
Hmm, ya sudah. Berhubung anak-anakku suka, mereka diterima dengan baik. Diajak main, hitung-hitung mengasah kecerdasan naturalis tanpa takut. Kini jadi anggota keluarga yang akur hingga beranak pinak menambah 5 (lima) ekor anak kucing bernama Tako dan Taxi. Lima bulan kemudian lahirlah Owi, Abo, dan Taki.
Hikmah Memelihara Kucing
Berpuluh-puluh tahun memelihara kucing membuatku jadi menemukan banyak hikmah, suka duka, bercampur aduk, antara lain:
1. Menambah Rejeki
Kata ibu jangan pelit pada sesama makhluk Allah. Rejeki kita harus disisihkan termasuk untuk hewan. Tidak akan habis rejeki orang yang bersedekah, Allah SWT akan mengganti berlipat ganda, entah pertolongan atau rejeki yang lain. Alhamdulillah memang betul, ada saja makanan untuk mereka walau bukan Royal Canin. Cuma merk Cat Choize, Life Cat atau Bolt yang murah meriah.
Meski kadang-kadang keuangan kami sempit, suka bokek, tapi kebutuhan kami tetap tercukupi, kucing-kucing pun ngerti, ikut puasa, mau makan bakwan, tempe, bolu, atau bisa cari cemilan sendiri di luar rumah, berupa belalang, cicak, bahkan burung kecil. Untungnya bukan ayam tetangga. Semoga tidak..
2. Terapi Jiwa
Teman curhat, bestie |
Memiliki peliharaan membuat hati lebih nyaman dan damai, mungkin ini juga yang disebut rezeki. Mereka punya chemistry yang unik, lucu, gemesin. Kalau lagi kesal kena Mommy BurnOut, kucing jadi teman curhat, menjadi pendengar yang baik dan terpercaya. Gak bakalan bocor rahasia kita, wkwk..
Suamiku yang tadinya gak suka ada kucing di rumah pun malah jadi senang bercanda dengan Boni, Tako, dan Taki. Senang unyeng-unyengin bulu mereka yang lembut sambil iseng. Bahagia itu sederhana, kan?
3. Rumah Jadi Lebih "Bersih"
Sejak ada kucing-kucing di rumah, rasanya sudah tidak ada lagi curut, kecoa, dan cicak. Keberadaan mereka seperti satpam yang siap menerkam agar makhluk menjijikkan itu hilang entah kemana.
Memang sih kucing suka nakal pipis dan pup di mana-mana, menimbulkan aroma tak sedap. Kalau diperhatikan, mereka buang hajat di tempat yang berdebu dan berpasir, terutama di gudang. Hal ini jadi isyarat supaya aku harus beberes dan bebersih lebih sering. Agak lelah sih, tapi ya sudahlah, resiko. Yang penting rumah jadi lebih bersih.
Untuk mengurangi rasa lelah, aku sediakan pasir ziolit untuk buang hajat para kucing. Kebetulan harganya sangat terjangkau, 25kg seharga 25 ribu. Alhamdulillah mereka jadi lebih teratur, tidak menimbulkan bau menyengat dimana-mana.
4. Bangkainya Bisa Suburkan Tanah
Beberapa kali mendapati anak kucing sakit atau terluka. Walau sudah kami rawat, umur mereka tidak panjang. Bangkainya kami kubur di dekat pohon, niatkan supaya jadi pupuk organik. Dan benar lho, pohon pisang, pohon jambu, jadi tumbuh berbuah besar-besar. Gak percaya?
Suamiku yang tadinya gak suka ada kucing di rumah pun malah jadi senang bercanda dengan Boni, Tako, dan Taki. Senang unyeng-unyengin bulu mereka yang lembut sambil iseng. Bahagia itu sederhana, kan?
3. Rumah Jadi Lebih "Bersih"
Sejak ada kucing-kucing di rumah, rasanya sudah tidak ada lagi curut, kecoa, dan cicak. Keberadaan mereka seperti satpam yang siap menerkam agar makhluk menjijikkan itu hilang entah kemana.
Memang sih kucing suka nakal pipis dan pup di mana-mana, menimbulkan aroma tak sedap. Kalau diperhatikan, mereka buang hajat di tempat yang berdebu dan berpasir, terutama di gudang. Hal ini jadi isyarat supaya aku harus beberes dan bebersih lebih sering. Agak lelah sih, tapi ya sudahlah, resiko. Yang penting rumah jadi lebih bersih.
Untuk mengurangi rasa lelah, aku sediakan pasir ziolit untuk buang hajat para kucing. Kebetulan harganya sangat terjangkau, 25kg seharga 25 ribu. Alhamdulillah mereka jadi lebih teratur, tidak menimbulkan bau menyengat dimana-mana.
4. Bangkainya Bisa Suburkan Tanah
Beberapa kali mendapati anak kucing sakit atau terluka. Walau sudah kami rawat, umur mereka tidak panjang. Bangkainya kami kubur di dekat pohon, niatkan supaya jadi pupuk organik. Dan benar lho, pohon pisang, pohon jambu, jadi tumbuh berbuah besar-besar. Gak percaya?
Wallahualam, tapi ini bener. Tetangga samping rumah aja sampai kagum ketika menerima hasil panen. "Ini buahnya bagus-bagus, gak uletan, karena tanahnya subur, jadi kuburan kucing", begitu kelakarnya. Kami tertawa bersama.
5. Menambah Teman Silaturahmi
Yap, kucing bisa menjadi sebab terjalinnya hubungan pertemanan dan silaturahmi. Seperti ceritaku sebelumnya, ada 3 (tiga) ekor anak kucing yang diadopsi oleh catlovers. Peminatnya semua laki-laki, satu orang bujangan, dua orang pemuda sudah beristri. Masing-masing anak kucing, Abo, Taxi, dan Owi sekarang hidup di rumah baru.
5. Menambah Teman Silaturahmi
Abo dan mas Penyanyi |
Yap, kucing bisa menjadi sebab terjalinnya hubungan pertemanan dan silaturahmi. Seperti ceritaku sebelumnya, ada 3 (tiga) ekor anak kucing yang diadopsi oleh catlovers. Peminatnya semua laki-laki, satu orang bujangan, dua orang pemuda sudah beristri. Masing-masing anak kucing, Abo, Taxi, dan Owi sekarang hidup di rumah baru.
Sang bujangan berprofesi sebagai penyanyi profesional, tinggal di Bogor. Sedangkan dua orang lainnya dari Cianjur, dan orang Jawa yang berdomisili di Cibinong. Kami bertemu melalui komunitas hibah kucing di facebook. Aku menawarkan sebagian anak kucing, alhamdulillah dapat adopter yang sehati seperti mereka.
Setahun berjalan ini hubungan kami sangat baik. Mereka dengan senang hati memberi kabar. Alhamdulillah tiga anak kucing itu tumbuh besar terpelihara dengan sangat baik. Hikmah lainnya tak disangka ada yang bisa membantu membuatkan kanopi baja ringan di rumahku, para istri juga ramah jadi teman ngobrol. Senang banget punya teman silaturahmi seperti ini.
Setahun berjalan ini hubungan kami sangat baik. Mereka dengan senang hati memberi kabar. Alhamdulillah tiga anak kucing itu tumbuh besar terpelihara dengan sangat baik. Hikmah lainnya tak disangka ada yang bisa membantu membuatkan kanopi baja ringan di rumahku, para istri juga ramah jadi teman ngobrol. Senang banget punya teman silaturahmi seperti ini.
Jadi ingat, aku juga punya teman online di Cianjur yang hebat, berprofesi sebagai Blogger Cianjur, namanya Teh Okti. Walau sempat diguncang gempa, semangat menulisnya tidak pernah goyah meski di pengungsian. Dia juga suka pelihara kucing, padahal awalnya tidak suka, beliau bilang bisa memberikan dampak positif pada emosi anaknya.
Inilah, hikmah memelihara kucing. Menurutmu apalagi hikmahnya? Share yuk di kolom komentar, biar nanti aku bisa ulas kembali.
Inilah, hikmah memelihara kucing. Menurutmu apalagi hikmahnya? Share yuk di kolom komentar, biar nanti aku bisa ulas kembali.
Buatku kucing itu udh kayak anak sendiri mba. Kalo bisa dimasukin KK, udh aku masukin nama2nya 🤣.
BalasHapusAku sendiri punya 4 yg pelihara indoor. Tapi yg mampir ke rumah minta makan lebih banyak. Yg indoor aku ga izinin kluar kec ke rooftop. Soalnya takut tertular kutu atau penyakit. Mereka semua udh aku steril dan KSH obat cacing dan kutu soalnya JD udh bersih.
Penghibur hati sih yg pasti. Aku sering ajakin mereka ngobrol, trus kalo sedih atau stress, meluk mereka tuh kayak keserap semua Aira negatif. Bikin hati jadi happy lagi.
Anak2 dari bayi aku deketin ke kucing. Aku bilang itu kakak mereka, jadi ga boleh disakitin. Syukurnya mereka semua jadi sayang kucing bgt. Tiap malam diajak tidur bareng.
Ini Krn terbiasa Deket Ama kami, mereka tuh jadi manja. Tiap malam minta masuk kamar. Kalo pintu ditutup, dicakar2 atau ditepokin pake paw nya sampe kami bukain 🤣🤣