"Cabai sekilo harganya berapa, bang?", tanyaku pada penjual sayur.
" Turun lagi sekarang, 20 ribu. Kemarin sempat 32 ribu", jawabnya.
"Hah, makin murah aja ya. Kalau bawangnya, tomatnya, berapa nih?"
"Tomat 6 ribu sekilo, turun. Bawang nih yang naik lagi. Lagi Corona gini mah harga-harga gak jelas, bu".
Saya hanya manggut-manggut, aslinya sih sambil mikir. Sebagai konsumen saya merasa senang kalau harga bahan makanan turun. Tapi bagaimana dengan para petani dan peternak, dapat untung berapa kalau murah begini?
Gimana nasib keluarganya kalau pendapatan mereka sedikit? Bukannya gaji mereka cuma berasal dari hasil panen. Saya dan suami aja merasa berat banget mengatur keuangan selama pandemi ini, padahal suami masih kerja kantoran.
Fakta Pertanian dan Ketahanan Pangan Selama Pandemi Covid-19
Eh, tahu gak? Kabarnya pelaku agrobisnis itu banyak yang menjerit karena panen melimpah tapi permintaan pasar di kota besar menurun. Banyak hotel, restoran, katering dan cafe tutup sementara.
Apalagi sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), makin saja menjadi penyebab terhambatnya pendistribusian hasil panen.
Atau sebaliknya, menurut bapak Rusli Abdullah, Peneliti INDEF kondisi pertanian Indonesia dalam kurun beberapa tahun ini mengalami ketidak seimbangan antara sistem pertanian yang menurun dengan permintaan pangan meningkat seiring kebutuhan masyarakat akan makanan sehat dan bergizi.
Akibatnya?
Pendapatan petani dan peternak kacau, banyak tak balik modal, tak bisa membeli bibit lagi, belum bayar Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan kebutuhan keluarga juga harus dipenuhi.
Belum lagi adanya tengkulak nakal yang mempermainkan harga. Duh, mumet banget membayangkannya.
Kalau kondisinya begitu terus, bisa saja petani jadi pesimis dan tak mau lagi bertani. Lahan sawah dan ladang terbengkalai, dijual dan berubah menjadi perumahan. Lalu siapa lagi yang mau menanam?
Masyarakat kan butuh makan, perlu pasokan bahan makanan sehat sesuai kampanye makan sayur dan buah agar kuat menghadapi penyebaran virus Corona, tapi pasokannya tidak merata.
Walah..
Jangan sampai ketahanan pangan merosot dan akhirnya malah jadi import. Hal ini juga diakui Bapak Ir. Agung Hendriadi, M.Eng selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI pada acara webinar Peluncuran Bango Pangan Lestari Selasa, 25 Agustus 2020 lalu.
Beliau mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi pertanian di Indonesia memang menurun tajam seiring musim kemarau dan pandemi Covid-19. Perlu diadakannya strategi baru agar persediaan pangan bisa stabil dan menguntungkan semua pihak.
Melihat fenomena ini akhirnya berbagai solusi dilakukan untuk melindungi kesejahteraan para petani, memastikan kelancaran rantai distribusi pangan dari petani ke konsumen. Inilah yang membuat PT. Unilever, TBK yang resmi meluncurkan Bango Pangan Lestari dan mengajak masyarakat untuk membeli hasil panen petani bersama SayurBox dan TaniHub.
Pada kesempatan yang sama Ibu Herni Raharja selaku Director of Foods and Beverages mengatakan: hingga tahun 2050 nanti, PT. Unilever berkomitmen mewujudkan dua hal penting yaitu Diversifikasi konsumsi makanan dan produksi pangan agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan.
Antara lain:
• Mengarahkan pola makan masyarakat lebih banyak memilih makanan sumber nabati.
• Memproduksi bahan makanan enak bergizi, dan terjangkau sesuai terobosan inovasi tekhnologi sehingga masyarakat pun sehat.
• Membangun pondasi yang kuat untuk praktek Pertanian Berkelanjutan, agar dapat mempersembahkan makanan yang sehat, dari planet yang sehat, ke seluruh masyarakat di seluruh dunia.
• Meningkatkan ketahanan pangan dalam pertanian untuk menunjang aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian
• Memperkenalkan program ”BANGO PANGAN LESTARI” sebagai payung besar dari keseluruhan inisiatifnya dalam mendorong pertanian.
Bango Pangan Lestari berinisiatif meningkatkan mutu produksi pangan dan kesejahteraan petani dalam rangka mendukung Kementerian Pertanian RI untuk mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan
Seperti:
1. Bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada secara khusus mengembangkan kedelai hitam Mallika, varietas unggul yang hingga kini menjadi kunci kelezatan autentik khas Bango.
2. Kedelai hitam Mallika yang digunakan untuk memproduksi Kecap Bango 100% telah memenuhi Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC), yaitu serangkaian standar cara bertani yang ramah lingkungan.
3. Bekerjasama dengan Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) untuk sistem pemupukan dan irigasi yang sesuai dengan perubahan iklim di Indonesia
4. Membuat komunitas “Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam” yang telah memberikan manfaat dan menyejahterakan kehidupan 10.500 petani di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
5. Memiliki “Program Saraswati” untuk memberdayakan buruh tani wanita, istri petani dan kelompok wanita yang terlibat dalam kegiatan pemilahan kedelai hitam fase pasca panen sehingga mampu berkembang dan menunjukkan aktualisasi diri
6. Bekerjasama dengan The Learning Farm, Bango menggagas program pembinaan petani muda dan pahlawan generasi baru yang potensial, agar mereka mengerti cara bercocok tanam yang efektif untuk hasil panen yang maksimal dan menjamin ketersediaan bahan pangan berkualitas agar hidup mereka sejahtera.
7. Membuat program “BANGO PANGAN LESTARI” yang berkolaborasi dengan Sayurbox dan TaniHub Group, bersama-sama berkontribusi dalam upaya menjaga ketahanan pangan dalam situasi pandemi COVID-19.
Menurut penelitian INDEF, sejak pandemi ini masyarakat cenderung banyak yang mulai sering memasak makanannya sendiri. Dan demi mengurangi kerumunan massa, mereka pun lebih memilih belanja online.
Melihat geliat ini, “BANGO PANGAN LESTARI" mengajak masyarakat untuk membeli bahan pangan dari petani Indonesia melalui media online agar tercipta ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Belum lagi adanya tengkulak nakal yang mempermainkan harga. Duh, mumet banget membayangkannya.
Kalau kondisinya begitu terus, bisa saja petani jadi pesimis dan tak mau lagi bertani. Lahan sawah dan ladang terbengkalai, dijual dan berubah menjadi perumahan. Lalu siapa lagi yang mau menanam?
Masyarakat kan butuh makan, perlu pasokan bahan makanan sehat sesuai kampanye makan sayur dan buah agar kuat menghadapi penyebaran virus Corona, tapi pasokannya tidak merata.
Walah..
Jangan sampai ketahanan pangan merosot dan akhirnya malah jadi import. Hal ini juga diakui Bapak Ir. Agung Hendriadi, M.Eng selaku Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI pada acara webinar Peluncuran Bango Pangan Lestari Selasa, 25 Agustus 2020 lalu.
Beliau mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi pertanian di Indonesia memang menurun tajam seiring musim kemarau dan pandemi Covid-19. Perlu diadakannya strategi baru agar persediaan pangan bisa stabil dan menguntungkan semua pihak.
Melihat fenomena ini akhirnya berbagai solusi dilakukan untuk melindungi kesejahteraan para petani, memastikan kelancaran rantai distribusi pangan dari petani ke konsumen. Inilah yang membuat PT. Unilever, TBK yang resmi meluncurkan Bango Pangan Lestari dan mengajak masyarakat untuk membeli hasil panen petani bersama SayurBox dan TaniHub.
Mengenal Bango Pangan Lestari
Pada kesempatan yang sama Ibu Herni Raharja selaku Director of Foods and Beverages mengatakan: hingga tahun 2050 nanti, PT. Unilever berkomitmen mewujudkan dua hal penting yaitu Diversifikasi konsumsi makanan dan produksi pangan agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan.
Antara lain:
• Mengarahkan pola makan masyarakat lebih banyak memilih makanan sumber nabati.
• Memproduksi bahan makanan enak bergizi, dan terjangkau sesuai terobosan inovasi tekhnologi sehingga masyarakat pun sehat.
• Membangun pondasi yang kuat untuk praktek Pertanian Berkelanjutan, agar dapat mempersembahkan makanan yang sehat, dari planet yang sehat, ke seluruh masyarakat di seluruh dunia.
• Meningkatkan ketahanan pangan dalam pertanian untuk menunjang aspek lingkungan hingga sosial ekonomi masyarakat pertanian
• Memperkenalkan program ”BANGO PANGAN LESTARI” sebagai payung besar dari keseluruhan inisiatifnya dalam mendorong pertanian.
Bango Pangan Lestari berinisiatif meningkatkan mutu produksi pangan dan kesejahteraan petani dalam rangka mendukung Kementerian Pertanian RI untuk mewujudkan sistem pertanian yang maju, efisien, tangguh, dan berkelanjutan
Seperti:
1. Bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada secara khusus mengembangkan kedelai hitam Mallika, varietas unggul yang hingga kini menjadi kunci kelezatan autentik khas Bango.
2. Kedelai hitam Mallika yang digunakan untuk memproduksi Kecap Bango 100% telah memenuhi Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC), yaitu serangkaian standar cara bertani yang ramah lingkungan.
3. Bekerjasama dengan Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA) untuk sistem pemupukan dan irigasi yang sesuai dengan perubahan iklim di Indonesia
4. Membuat komunitas “Program Pengembangan Petani Kedelai Hitam” yang telah memberikan manfaat dan menyejahterakan kehidupan 10.500 petani di wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur
5. Memiliki “Program Saraswati” untuk memberdayakan buruh tani wanita, istri petani dan kelompok wanita yang terlibat dalam kegiatan pemilahan kedelai hitam fase pasca panen sehingga mampu berkembang dan menunjukkan aktualisasi diri
6. Bekerjasama dengan The Learning Farm, Bango menggagas program pembinaan petani muda dan pahlawan generasi baru yang potensial, agar mereka mengerti cara bercocok tanam yang efektif untuk hasil panen yang maksimal dan menjamin ketersediaan bahan pangan berkualitas agar hidup mereka sejahtera.
7. Membuat program “BANGO PANGAN LESTARI” yang berkolaborasi dengan Sayurbox dan TaniHub Group, bersama-sama berkontribusi dalam upaya menjaga ketahanan pangan dalam situasi pandemi COVID-19.
Yuk, Beli Bahan Pangan Langsung Dari Petani Secara Online
Menurut penelitian INDEF, sejak pandemi ini masyarakat cenderung banyak yang mulai sering memasak makanannya sendiri. Dan demi mengurangi kerumunan massa, mereka pun lebih memilih belanja online.
Melihat geliat ini, “BANGO PANGAN LESTARI" mengajak masyarakat untuk membeli bahan pangan dari petani Indonesia melalui media online agar tercipta ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Kita juga bisa membeli berbagai hasil panen petani langsung melalui platform digital Sayurbox dan TaniHub Group. Kalian tinggal buka masing-masing aplikasi yang bisa diunduh di google playstore. Caranya cukup mudah. Tinggal pesan, bayar, barang diantar. Asyik kan?
Oshin Hernis selaku Head Of Communications Sayurbox mengatakan pesanan akan diantar langsung sampai ke depan pintu rumah konsumen. Mereka memastikan pasokan sayur yang dipesan berkualitas baik dan segar karena telah disortir.
Dan menurut Aria Alifie Nurfikry selaku Vice President of Marketing TaniHub nantinya hasil penjualan bahan makanan dan pertanian ini akan disisihkan sebagian untuk membiayai operasional para petani seperti pelatihan pembuatan pupuk organik cair, pelatihan literasi keuangan, media online, dan membantu membiayai sekolah anak petani.
Dan di masa peluncuran Bango Pangan Lestari ini, kalian bisa dapatkan diskon sebesar 25ribu untuk belanja sayur di Sayurbox. Daftarkan diri kamu terlebih dahulu di website Bango Pangan Lestari agar dikirimkan kode vouchernya.
Menarik, kan? Yuk dukung kesejahteraan petani dengan berbelanja bahan makanan langsung dari petani. Dukung petani Indonesia.
wah aku juga pakai kecap bango
BalasHapussama nih kita ya mbak, terimakasih sudah mampir ke blog aku
HapusDaku dr bayi dah pake kecap Bango dooong... kesukaan alm bapak Bango mah kl makan tanpa Bango kurang sedaap
BalasHapuskecap lejen banget ini, di rumah kalau ga kecap ini pasti ibu gak mau, btw bagus ya programnya ini membantu para petani untuk ikut berkembang, kebetulan saya juga suka belanja di sayurbox dan tanihub ini, dan ternyata lagi banyak diskonnya
BalasHapuswah proud of you, sudah ikut membantu petani dong nih. Salam buat ibu ya, pilihannya tepat, hehe
HapusHarga sayuran anjlok gini dilematis ya. Sebagai konsumen sih seneng dapat sayuran seger dengan harga murah. Tapi kalau inget nasib petaninya, perut langsung mulesss :'( Semoga dengan program ini para petani jadi terbantu dan lebih sejahtera ya.
BalasHapusIni kecap favorit keluarga nih, bahkan ibuku ga mau pake kecap kalau bukan bangau hahahhaa
BalasHapusJadi makin bangga aku sbg pecinta kecap Bango. Ngerasa ikut nyuksesin programnya bareng sayurbox, apalagi programnya keren dan bermanfaat bangett
BalasHapussaya juga minta istri untuk beli produk dari orang sekitar karena bisa jg membantu ekonomi mereka, paling suka sih tahu itu sayur pasti masih segar
BalasHapusSekarang semakin mudah ya utk beli hasil penan ternyata bisa melalui sayurbox
BalasHapusDari dulu suka banget sama kecap bango. Sampe-sampe kalo traveling ke luar negeri bawa kecap ini. :))
BalasHapusSebagai anak petani, saya sangat bersyukur ada program ini. Jadi pengen cari tahu gimana caranya biar bisa bergabung dalam program yang Bango prakarsai ini. Semoga petani Indonesia semakin makmur
BalasHapusSaya sering mendengar cerita dari para petani, Mbak. Misalnya mereka untuk mulai menanam meminjam dulu modalnya. Harapannya, panen melimpah dan bisa membayar utang. Ternyata dengan masa pendemi begini, jelas akan lebih susah.
BalasHapusAlhamdulillah ada Bango Pangan Lestari ya, Mbak. Jadi petani lebih tenang, karena sudah ada yang menampung hasil panennya.
Wah sayurbox dan tanihub ya? Siap aku mau coba beli sayur di sana. Sedih sempat lihat video viral bagi2 sayuran gratis saking ga lakunya hiks
BalasHapusWah aku mau beki via dayurbox atau tanihub lah secara skrg prefer beli online juga daripada offline rentan ketemu orang
BalasHapusKecap favorite aku ini mah buat semur atau hanya pengen pake kecap doank
BalasHapusmakin suka sama kecap bango
BalasHapusselain bikin enak masakan ternyata ada program sebagus ini
semoga program dari kecap bango ini tetap ada dan bisa menyejahterakan petani
Saya juga ngerasanya perih banget. Bertani menjadi mata pencaharian mereka utama dan satu-satunya. Kali ini bukan hama yang nyerang tanamannya tapi pandemi yang turut andil menurunkan pendapatan mereka. Apalagi mereka rata-rata nggak punya tabungan, jadi apa yang didapat hari ini dimakan besoknya dan begitu seterusnya. Yang dulunya rajin banget nawar nawar di pasar karena biar puas aja sekarang jadi mikir 2x dan lebih milih buat nggak nawar-nawar lagi. Harga asli aja pendapatannya sedikit apalagi kalo ditawar. Kasian gitu rasanya.
BalasHapus