Tips Hemat Memilih Rangka Atap Untuk Rumah Minimalis
Bangunan rumah tipe minimalis yang kami tempati ini sudah berusia lima belas tahun, beberapa bahan kaso bawaan dari pengembang sudah banyak yang rusak bahkan mengkhawatirkan. Ada beberapa bagian kayu yang sudah lapuk, rayapan, bahkan sudah ada yang reyot basah kena air hujan.
Kendala yang kami hadapi adalah dananya, selalu terbentur dengan uang sekolah anak-anak. Jadi selalu maju, mundur, maju, mundur, ngeri uangnya tidak cukup. Merenovasi rumah itu kan tidak seperti beli gorengan, butuh persiapan dana yang tidak sedikit, beberapa kali ngobrol dengan tukang bangunan yang kami ajak diskusi, menurut mereka dibutuhkan dana sekitar 12 - 15 juta rupiah.
Haduuh, kok banyak ya. Pengen nangis deh, duitnya dari mana? *koprol
Bagaimana pun, kita memang harus memberanikan diri untuk memulai memugar atap genteng. Semakin lama didiamkan, toh tetap saja akan semakin rusak bahkan bisa membahayakan penghuninya, tau-tau ketiban gimana? Ahh, nauzubillah min dzalik, *mitamit..mitamit..
Kendala yang kami hadapi adalah dananya, selalu terbentur dengan uang sekolah anak-anak. Jadi selalu maju, mundur, maju, mundur, ngeri uangnya tidak cukup. Merenovasi rumah itu kan tidak seperti beli gorengan, butuh persiapan dana yang tidak sedikit, beberapa kali ngobrol dengan tukang bangunan yang kami ajak diskusi, menurut mereka dibutuhkan dana sekitar 12 - 15 juta rupiah.
Haduuh, kok banyak ya. Pengen nangis deh, duitnya dari mana? *koprol
Merenovasi Atap Rumah Minimalis |
Bagaimana pun, kita memang harus memberanikan diri untuk memulai memugar atap genteng. Semakin lama didiamkan, toh tetap saja akan semakin rusak bahkan bisa membahayakan penghuninya, tau-tau ketiban gimana? Ahh, nauzubillah min dzalik, *mitamit..mitamit..
Bagaimana ya tipsnya supaya hemat merenovasi atap rumah?
Alhamdulillah, akhirnya kami mendapat pinjaman uang sepuluh juta rupiah tanpa bunga, lega rasanya. Selebihnya kami tinggal tambahkan dari uang tabungan dan sebagian dari hadiah menang lomba menulis.
Sebelum pengerjaan dimulai, hal yang aku pikirkan pertama kali adalah: mau pakai rangka atap yang terbuat dari apa? Bambu, kayu, atau baja ringan? Rangka atap genteng itu terdiri dari kaso dan reng. Kaso itu batangan utamanya, sedangkan reng ukurannya lebih kecil yang berguna untuk dudukannya genteng.
Lamaa banget mikirnya, semua tukang dan toko material ditanyain, gak peduli kalau dicap sebagai pembeli banyak nanya-beli kagak, soalnya aku mempertaruhkan uang yang terbatas ini lhoo.. *wkwk
Lamaa banget mikirnya, semua tukang dan toko material ditanyain, gak peduli kalau dicap sebagai pembeli banyak nanya-beli kagak, soalnya aku mempertaruhkan uang yang terbatas ini lhoo.. *wkwk
Setidaknya aku jadi punya perencanaan keuangan yang matang, aku jadi tahu rangka mana yang bisa dipilih sesuai uang yang ada. Jangan sampai salah fatal saat belanja bahan bangunan untuk renovasi
[Baca: 5 Kesalahan Fatal Saat Membangun / Renovasi Rumah]
Jadi, ada 3 jenis bahan dasar untuk rangka atap yang bisa kita gunakan, mungkin bisa menjadi referensi anda dalam hemat memilihnya.
Antara lain:
1. Batang bambu
Menggunakan batang bambu untuk atap rumah adalah khayalanku yang ingin memilih rumah bergaya naturalis, lebih bernuansa pedesaan.
Namun saat menghubungi tukang bambu yang melayani pemasangan atap, mereka mematok harga sebesar 14 juta untuk ukuran rumah kami, kira-kira seluas 8 x 5 x 1.5 meter persegi. Harga itu sudah meliputi uang bahan yang dipakai, pemasangan, dan upah tukang.
Hhh, galau lagi deh, gak bisa maksain untuk biaya segitu, batasnya cuma 12 juta, booo. Padahal kece banget kan?
Kelebihan dari bambu itu adalah:
- Rumah menjadi lebih adem
- Harga bahan bakunya juga lebih murah, sebatangnya Rp. 20.000. Jika dibutuhkan hampir 100 batang sebagai kaso dan reng, cuma Rp. 2.000.000
- Jika batang bambunya semakin tua maka daya tahannya bisa mencapai 30 tahun
Tapi sayangnya, ada kelemahan menggunakan bambu yaitu:
- Genteng kami yang dulu itu sangat berat, tidak cocok diletakkan diatas bambu yang kerapatannya kurang, perlu penambahan batang bambu lagi, istilahnya harus double bambu. Kalau mau diganti dengan genteng yang lebih ringan maupun pakai genteng yang terbuat dari bahan seng. Berarti malah harus beli genteng baru dong nih, gak hemat namanya.
- Waktu pengerjaan bambu itu lebih lama, karena selain harus dipaku, bambu itu juga harus diikat tali sabut. Sedangkan kami butuh waktu yang lebih cepat selesainya, bujet tukang jangan sampai membengkak, dong.
- Jika pemasangannya tidak baik sehingga mudah terkena air, lama-lama bambu pun bisa lapuk sehingga membuat dudukannya menjadi lemah dan bikin goyah. Rugi dua kali deh..
2. Balok Kayu
Menggunakan balok kayu untuk rangka atap sudah biasa dipakai sejak dahulu kala, keunggulannya lebih kuat dibandingkan bambu meskipun kerapatannya tidak terlalu kuat, bisa menopang genteng dengan mantap. Namun seiring perkembangan teknologi, rangka atap yang menggunakan kayu sudah mulai ditinggalkan.
Alasannya lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya, antara lain:
- Penebangan pohon besar-besaran yang semakin tidak manusiawi.
- Semakin baik kualitas kayu maka harganya juga semakin mahal.
- Jika kualitas kayu biasa akan mudah digerogoti rayap
- Menggunakan balok kayu biasanya hanya bertahan sampai 10 tahun
- Kayu sangat rentan terhadap hawa panas dan dingin, daya tahannya lebih cepat menyusut, hal ini memberikan dampak kekokohan bentuk atap rumah.
- Kayu itu mudah menyulut api semakin besar jika terjadi kebakaran.
- Kayu harus diberi zat tambahan anti rayap, sehingga jadi menambah biaya
3. Baja Ringan
Keputusan akhir, kami memilih atap baja ringan, alasannya lebih cepat pemasangannya, tinggal digunting dan dibor saja bautnya, genteng lama masih bisa dipakai. Sesuai tujuan awal, yaitu hemat dan cepat.
[Baca: 5 Kesalahan Fatal Saat Membangun / Renovasi Rumah]
Jadi, ada 3 jenis bahan dasar untuk rangka atap yang bisa kita gunakan, mungkin bisa menjadi referensi anda dalam hemat memilihnya.
Antara lain:
1. Batang bambu
Menggunakan batang bambu untuk atap rumah adalah khayalanku yang ingin memilih rumah bergaya naturalis, lebih bernuansa pedesaan.
Namun saat menghubungi tukang bambu yang melayani pemasangan atap, mereka mematok harga sebesar 14 juta untuk ukuran rumah kami, kira-kira seluas 8 x 5 x 1.5 meter persegi. Harga itu sudah meliputi uang bahan yang dipakai, pemasangan, dan upah tukang.
Hhh, galau lagi deh, gak bisa maksain untuk biaya segitu, batasnya cuma 12 juta, booo. Padahal kece banget kan?
Kelebihan dari bambu itu adalah:
- Rumah menjadi lebih adem
- Harga bahan bakunya juga lebih murah, sebatangnya Rp. 20.000. Jika dibutuhkan hampir 100 batang sebagai kaso dan reng, cuma Rp. 2.000.000
- Jika batang bambunya semakin tua maka daya tahannya bisa mencapai 30 tahun
Tapi sayangnya, ada kelemahan menggunakan bambu yaitu:
- Genteng kami yang dulu itu sangat berat, tidak cocok diletakkan diatas bambu yang kerapatannya kurang, perlu penambahan batang bambu lagi, istilahnya harus double bambu. Kalau mau diganti dengan genteng yang lebih ringan maupun pakai genteng yang terbuat dari bahan seng. Berarti malah harus beli genteng baru dong nih, gak hemat namanya.
- Waktu pengerjaan bambu itu lebih lama, karena selain harus dipaku, bambu itu juga harus diikat tali sabut. Sedangkan kami butuh waktu yang lebih cepat selesainya, bujet tukang jangan sampai membengkak, dong.
- Jika pemasangannya tidak baik sehingga mudah terkena air, lama-lama bambu pun bisa lapuk sehingga membuat dudukannya menjadi lemah dan bikin goyah. Rugi dua kali deh..
2. Balok Kayu
Menggunakan balok kayu untuk rangka atap sudah biasa dipakai sejak dahulu kala, keunggulannya lebih kuat dibandingkan bambu meskipun kerapatannya tidak terlalu kuat, bisa menopang genteng dengan mantap. Namun seiring perkembangan teknologi, rangka atap yang menggunakan kayu sudah mulai ditinggalkan.
Alasannya lebih banyak kekurangannya daripada kelebihannya, antara lain:
- Penebangan pohon besar-besaran yang semakin tidak manusiawi.
- Semakin baik kualitas kayu maka harganya juga semakin mahal.
- Jika kualitas kayu biasa akan mudah digerogoti rayap
- Menggunakan balok kayu biasanya hanya bertahan sampai 10 tahun
- Kayu sangat rentan terhadap hawa panas dan dingin, daya tahannya lebih cepat menyusut, hal ini memberikan dampak kekokohan bentuk atap rumah.
- Kayu itu mudah menyulut api semakin besar jika terjadi kebakaran.
- Kayu harus diberi zat tambahan anti rayap, sehingga jadi menambah biaya
3. Baja Ringan
Keputusan akhir, kami memilih atap baja ringan, alasannya lebih cepat pemasangannya, tinggal digunting dan dibor saja bautnya, genteng lama masih bisa dipakai. Sesuai tujuan awal, yaitu hemat dan cepat.
Kelebihan lainnya, baja ringan ukurannya lebih panjang dibanding kayu atau bambu, bahkan ada yang bisa sampai 20 meter, sehingga kalau dihitung-hitung harganya jadi lebih hemat. Daya tahannya juga sangat lama, asalkan tidak terkena air.
Baja ringan ini katanya mudah menyesuaikan suhu udara, sehingga tidak mudah rusak bentuknya. Apalagi jika ada kebakaran, baja ringan ini justru seperti menghambat penyebarannya sehingga api tidak menjadi lebih besar.
Membeli baja ringan sebaiknya langsung secara grosiran di toko khusus penyedia besi dan baja. Untuk kebutuhan atap rumah seluas 5 x 5 x 1.5 meter dan teras sepanjang 8 x 1.5 x 1 meter, kami membeli baja ringan ukuran 0,75 sebanyak 35 batang, rangenya sebanyak 25 batang.
Baja ringan ini katanya mudah menyesuaikan suhu udara, sehingga tidak mudah rusak bentuknya. Apalagi jika ada kebakaran, baja ringan ini justru seperti menghambat penyebarannya sehingga api tidak menjadi lebih besar.
Membeli baja ringan sebaiknya langsung secara grosiran di toko khusus penyedia besi dan baja. Untuk kebutuhan atap rumah seluas 5 x 5 x 1.5 meter dan teras sepanjang 8 x 1.5 x 1 meter, kami membeli baja ringan ukuran 0,75 sebanyak 35 batang, rangenya sebanyak 25 batang.
Total belanja batang untuk atap genteng kami menghabiskan dana sekitar Rp. 3.570.000, terdiri dari:
- Baja ringan = 35 batang x Rp 70.000 = Rp. 2.450.000
- Reng baja = 25 batang x Rp. 38.000 = Rp. 950.000
- Baut baja = 1 bungkus (isi 1000 pcs) = Rp. 170.000
Selain itu aku membelanjakan bahan bangunan tambahan sebagai berikut:
Saat pengerjaan renovasi, aku menggunakan jasa dua orang kenek saja, upahnya sebesar Rp. 250.000 tanpa makan siang. Mereka mampu menyelesaikan renovasi atap rumah kami selama 20 hari, sebenarnya bisa saja sampai 15 hari, tetapi karena terbentur hujan deras, akhirnya pengerjaan sedikit lelet.
Kesimpulannya tips memilih rangka atap rumah agar lebih hemat adalah anda harus mau mencari informasi dan belanja sendiri. Carilah tempat toko bahan bangunan yang lebih murah harganya, jadi lebih puas dibanding harus mempercayakan 100% pada tukang.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa sedikit memberikan gambaran ya. Selamat merenovasi rumah minimalis anda..!
Selain itu aku membelanjakan bahan bangunan tambahan sebagai berikut:
- Pasir biasa 1,5 kol mobil seharga = Rp. 400.000
- Pasir halus (untuk mengaci) sebanyak 1 kol = Rp. 325.000
- Bata ringan (Hebel) seluas 1 meter persegi = Rp. 620.000
- Semen biasa sebanyak 10 sak = Rp. 500.000
- Asbes untuk teras sebanyak 8 lembar = Rp. 560.000
- Pelapis anti bocor 3 ember kecil = Rp. 150.000
- Terpal Rp. 50.000
- Dana tambahan dan lain-lain sebesar Rp. 650.000Saat pengerjaan renovasi, aku menggunakan jasa dua orang kenek saja, upahnya sebesar Rp. 250.000 tanpa makan siang. Mereka mampu menyelesaikan renovasi atap rumah kami selama 20 hari, sebenarnya bisa saja sampai 15 hari, tetapi karena terbentur hujan deras, akhirnya pengerjaan sedikit lelet.
Kesimpulannya tips memilih rangka atap rumah agar lebih hemat adalah anda harus mau mencari informasi dan belanja sendiri. Carilah tempat toko bahan bangunan yang lebih murah harganya, jadi lebih puas dibanding harus mempercayakan 100% pada tukang.
Mudah-mudahan tulisan ini bisa sedikit memberikan gambaran ya. Selamat merenovasi rumah minimalis anda..!
kerangka atap memang perlu diamati biar kalo terjadi keropos bisa mendapat penangannan. genteng juga gitu, kalo lama didiamkan dan berani renovasi nanti bisa retak juga.
BalasHapusIya, sebaiknya bangunan punya ukuran umur juga, sekitar 20-30th, biar gak cepet keropos
HapusSetuju Mba, aku dan suami pun belanja kebutuhan untuk bangun rumah sendiri, selebihnya untuk pengerjaan kasih ke tukang aja. Kalau belanja sendiri lebih puas dan kita bisa atur sendiri budget dana. Nah, buat atap kami pun pakainya baja ringan, pingin pake bambu, tapi nampaknya budjet butuh lebih besar, ya meski kelebihan pakai bambu itu awet tahunan, kaya rumah orangtua, pake bambu, sampe sekarang masih bagus aja udah hampir 40th..
BalasHapusToss mbak, kalau belanja sendiri kita jd tau material yg digunakan
HapusAku beberapa tahun lalu renovasi atap rumah karena emang sudah rapuh dan nyaris roboh. alhamdulillah ada rejeki dan kami menggantinya dengan besi. Iya, bukan baja ringan karena budgetnya nggak nyampe. Dapat masukan dari teman, besi juga insyaAllah sama bagusnya dan lebih murah dibandingkan baja ringan. Kalau ada rejeki lagi kepinginnya sih renovasi atap rumah bagian belakang biar nggak pake asbes lagi.
BalasHapusWaah aku malah baru tahu kalau bambu bisa buat atap rumah. Ternyata kuat yaa.
Wah aku pun baru tau kaya rangka atap bisa pakai besi juga hehe.. Thanks infonya ya mbak, warga kampung di sini banyak yg pakai rangka bambu
HapusKarena nggak mau repot dan mumet itung-itung kemarin aku renov pakai pemborong kontraktor. Padahal kalau mau repot sebenarnya lebih irit belanja sendiri ya Mbak.
BalasHapusDibilang repot tapi seru aja jalan-jalan survey harga hehe dan gak kecolongan harus beli apa aja
HapusEmang sekarang enakan pake baja ringan, ngerjainnya cepet dan awet juga. Aku pun pengen banget renov rumah dikit2, ya kudu nabung dulu deh biar terlaksana.
BalasHapusIya baja ringan sudah menjamur dimana-mana, banyak yg jual, banyak yg pakai. Bismillah semoga renovasinya terlaksana nanti ya
HapusSekarang penggunaan baja ringan memang lebih banyak diminati ya Mbak
BalasHapusYups, karena ternyata lbh simple
HapusRecomend nih buat renov rumah, biasa pake pemborong jd ga paham material
BalasHapusKakakku pernah pakai pemborong, membengkak bujetnya, karena belinya semaunya tukang. Skrg kita kudu waspada aja, hrs banyak googling
HapusKalo diurus sendiri gini rasanya lebih puas ya Mba Lia.. Aku jadi ikutan seneng baca ini rumah Mba Lia udah direnov atapnya.. :) Udah lama juga mba 15 tahun.. Aku yang baru 5 tahun tapi udah ada rayap.. Dan taun lalu baru nambah teras.. Biaya renov makin ke sini makin besar ya tapi mesti diniatin banget, kalo enggak bakal enggak jadi2.. :D
BalasHapushehe alhamdulillah mbak, udah gak ngeri ambruk lagi
HapusAku kalau dengar kata renovasi itu pasti deg-degan sudah kebayang biaya yang mahal untuk beli bahan dan bayar tukang tapi memang ternyata bisa diakalin ya dengan membeli atau menggunakan bahan bangunan yang harganya terjangkau tetapi tetap kuat seperti pemakaian atap dengan menggunakan baja ringan seperti ini Thanks infonya Mbak
BalasHapusiya mbak, deg-degan sama harganya
Hapusso far aku suka baja ringan sih mbak
BalasHapusyap, baja ringan sekarang sudah banyak yang pakai
HapusWah info yg bermanfaat nih..
BalasHapusKalo buat renovasi rumah..
Thanks , keren artikelnya.
sama-sama
HapusIni mengingatkan ke rumah Mamaku di Garut Mba Li, sepertinya sudah harus dipugar dan diganti baru. Baja ringan bisa jadi opsi paling simple ya, semoga bisa jadi bahan pertimbangan Orangtua di Garut untuk merenov atap dikit2 setelah sebelumnya bongkar semua pegangan tangga dan pagar lantai 2, lumayan memang ya budgetnya, huhu. Tapi harus diniatkan benar2, insya Allah rezekinya mengikuti, Amiiiin Ya Rabb. Makasih infonya ya Mba Liii..
BalasHapusinsyallah kalau kuat niatnya, semua dimudahkan mbak
HapusBarusan rumahku pasang atap dari baja ringan. Mba Lia udah kayak pakar bangunan aja nih. Pinter banget bahas bangunan hehe
BalasHapustuang hitung bahan bangunan mbak, hehe, demi keiritan dan kehematan bujet
Hapus