Harga Rokok Harus Mahal, Setujukah Bun?
Ada hal yang paling menyenangkan jika bulan puasa tiba. Bukan cuma suasananya yang syahdu penuh keberkahan, namun ada hal lebih dinanti-nanti, yaitu berkurangnya
jumlah perokok di siang hari. Betul, kan?
Di angkutan kota, di fasilitas umum, di pinggir jalan, rasanya tenang tanpa asap rokok. Setidaknya bulan puasa ini bisa menjadi momen pengurangan asap rokok selama 14 jam setiap harinya. Tidak ada lagi paparan zat arsen dan karbon monoksida yang membahayakan sel darah merah dan jaringan paru-paru.
Kebahagiaan ini juga dirasakan oleh beberapa ibu
tetangga yang bertemu saat belanja sayur, mereka mengatakan bahwa di bulan
puasa, jatah uang rokok menjadi lebih hemat. Si bapak yang biasa merokok 2-3
bungkus sehari, kini cukup sebungkus saja. Selebihnya lebih banyak dibelikan
takjilan untuk berbuka puasa.
Andai saja suasana seperti ini bisa terjadi sepanjang tahun, sepertinya dunia akan bahagia, terutama untuk para ibu dan istri. Rokok itu diprotes bukan karena mengeluarkan asap yang mengganggu orang sekitarnya saja, tetapi juga mengganggu ketahanan pangan keluarga.
Andai saja suasana seperti ini bisa terjadi sepanjang tahun, sepertinya dunia akan bahagia, terutama untuk para ibu dan istri. Rokok itu diprotes bukan karena mengeluarkan asap yang mengganggu orang sekitarnya saja, tetapi juga mengganggu ketahanan pangan keluarga.
Mbok ya seandainya si bapak tidak merokok, jatah uangnya bisa dibelikan sekilo telur ayam, atau dua liter beras pulen, atau bisa buat menambah bayar tagihan listrik, lumayan kan tuh?
Bayangkan saja, jika si bapak membeli sebungkus
rokok seharga Rp. 20.000 dan membutuhkan 2 bungkus sehari, maka sebulan bapak sudah
menghabiskan uang senilai Rp. 1.200.000. Itu sebulan, bagaimana setahun? 14
juta lebih hanya untuk rokok, huahaha... *ketawa
stress.
Kalau gajinya lebih dari 10 juta sih, yah biarkan saja mereka membeli rokok yang mahal. Namun ironisnya, masih banyak masyarakat Indonesia
yang berekonomi lemah, tetapi juga merokok. Aduh..
Ibarat sebutan kasarnya: sudah miskin, pengangguran, merokok, berpenyakitan pula. Bikin pusing keluarga saja, menambah beban pemerintah yang harus menggelontorkan dana jaminan kesehatan masyarakat. Tapi bagaimana jadinya jika uang tersebut habis hanya untuk mengurusi pasien seperti ini?
Ibarat sebutan kasarnya: sudah miskin, pengangguran, merokok, berpenyakitan pula. Bikin pusing keluarga saja, menambah beban pemerintah yang harus menggelontorkan dana jaminan kesehatan masyarakat. Tapi bagaimana jadinya jika uang tersebut habis hanya untuk mengurusi pasien seperti ini?
Nah, daripada uang habis hanya untuk
menimbulkan penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, kanker,
kemandulan, bahkan kematian, sekarang apa salahnya jika pola pikir tersebut kita
rubah dengan mengalihkan kepada hal yang lebih bermanfaat dan lebih
mensejahterakan keluarga.
Jangan sampai kebiasaan buruk ini menurun
kepada para remaja yang mencoba ikut-ikutan merokok. Jika mereka sudah kecanduan, hingga besar nanti mereka menjadi perokok
aktif, produktifitas terganggu, penyakit pun muncul, dan akhirnya negara ini
malah mendapat sumbangan generasi yang lemah.
Harga Rokok Harus Mahal?
Untuk mengatasi masalah tersebut, tahun ini
pemerintah mengambil jalan keluar dengan menaikkan bea cukai rokok. Mau tidak mau harga rokok akan menjadi lebih mahal. Harapannya, jika harga rokok mahal maka daya beli masyakarat menjadi menurun, jumlah perokok semakin berkurang, dan angka kesehatan menjadi
meningkat.
Apakah anda setuju jika harga rokok di
Indonesia menjadi mahal?
Kalau saya akan menjawab: SANGAT SETUJU.
Sebagai perempuan, saya sangat mendukung jika
harga rokok itu harus mahal. Seperti yang sudah dibahas diatas, saya sangat
menyukai Indonesia ini bebas asap rokok. Saya sudah merasakan dampak buruknya
dulu, seperti ayah yang meninggal akibat kanker, aku yang menderita bronchitis, uang belanja ibu yang
sedikit karena disisihkan untuk uang rokok, semua itu gara-gara rokok. Jadi
dimana manfaatnya?
Saya juga pernah membenci lelaki perokok. Bagi saya mereka itu egois, terlalu mementingkan dirinya sendiri, seenaknya tanpa mempedulikan orang lain. Dalam doa-doa yang saya panjatkan salah satunya agar dijauhkan dari calon suami yang merokok.
Alhamdulillah, dikabulkan.. 😍
Saya tidak mau terlibat adu mulut jika nanti bertemu dengan lelaki perokok. Setidaknya saya sudah mencegah anak keturunan kami nanti tidak ikut-ikutan merokok karena ayahnya saja tidak merokok.
Hal ini juga di bahas dalam ruang publik yang disiarkan serentak oleh 104 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua, live streaming di www.kbr.id, aplikasi KBR Radio di Android dan iOS, juga di fanspage Kantor Berita Radio KBR. Kebetulan aku mendengarkan di radio 89,2 Power FM Jakarta.
Alhamdulillah, dikabulkan.. 😍
Saya tidak mau terlibat adu mulut jika nanti bertemu dengan lelaki perokok. Setidaknya saya sudah mencegah anak keturunan kami nanti tidak ikut-ikutan merokok karena ayahnya saja tidak merokok.
Hal ini juga di bahas dalam ruang publik yang disiarkan serentak oleh 104 radio jaringan KBR di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Papua, live streaming di www.kbr.id, aplikasi KBR Radio di Android dan iOS, juga di fanspage Kantor Berita Radio KBR. Kebetulan aku mendengarkan di radio 89,2 Power FM Jakarta.
Pembicaranya
adalah Ibu
Nina Samidi selaku Communication Manager Komisi Nasional
Pengendalian Tembakau. Beliau memaparkan bahwa perempuan mendukung Rokok Harus Mahal. Kenapa mesti takut jika rokok menjadi mahal. Sudah banyak pembuktian
bahwa negara maju bisa menekan jumlah perokok dengan menaikkan harga rokok.
Sebagai contoh seperti negara Australia, Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam juga menaikkan harga rokok. Bahkan di Australia
sudah mencapai harga Rp. 200 ribu lebih. Jauh melampaui harga rokok di sini. Mereka yang hidup dengan perekonomian rendah
tidak akan sanggup membeli rokok. Namun dampak positifnya, kehidupan mereka menjadi lebih sehat.
Beberapa negara di ASEAN juga ada yang menaikkan
harga rokok secara signifikan, terutama di Thailand. Tahun 2014, rokok di
thailand masih di atas $15 perbungkus, sekarang meningkat menjadi $20 perbungkus.
Setelah kenaikan tersebut, mereka mencatat bahwa jumlah perokok menurun,
sehingga pengaruh ini sangat efektif.
Ibu Dr.
Fauziah, M.Kes selaku Wakil Ketua
Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia IAKMI Riau sebagai
pembicara lainnya pun menambahkan bahwa di Arab Saudi hanya para juragan saja
yang merokok, sedangkan pelayan dan karyawannya tidak merokok diakibatkan harga
rokok di sana sangat mahal.
Ironisnya hal ini malah menjadikan calon
jamaah haji Indonesia membawa banyak rokok sebagai persediaan. Banyak ditemukan
kardus rokok di kamar salah satu jamaah haji yang sedang mengikuti bimbingan
kesehatan oleh Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI), alasannya agar mereka bisa
memperjual belikan kepada perokok yang membutuhkan rokok selama ibadah di sana.
*Aihh.. segitu piciknya ya gara-gara
rokok.
Kedapatan permasalahan seperti itu, akhirnya sekarang pemerintah mengubah peraturan. Siapa pun yang ingin melunasi ongkos naik haji harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Kedapatan permasalahan seperti itu, akhirnya sekarang pemerintah mengubah peraturan. Siapa pun yang ingin melunasi ongkos naik haji harus diperiksa kesehatannya terlebih dahulu, agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Dampak Jika Harga Rokok Harus Mahal
Tapi, bagaimana ya jika harga rokok mahal dan
daya beli masyarakat menurun? Kasihan dong para petani tembakau dan para
pedagang kecil? Apalagi Indonesia pernah mendapat icon penghasil rokok kretek yang enak di dunia?
Ibu Nina
Samidi kembali menegaskan bahwa hal itu bukan menjadi alasan agar rokok
kembali mudah didapatkan. Petani tembakau tidak akan dirugikan karena daya beli
rokok masyarakat menurun, karena ada beberapa perusahaan rokok malah membeli
tembakau dari luar negeri.
Faktanya, impor tembakau untuk rokok
di Indonesia sudah mencapai 60% yang berasal dari Cina, Amerika, dan Brazil. Kenapa
demikian? karena sebenarnya tanah Indonesia ini tidak cocok untuk menanam
tembakau. Tembakau hanya bisa ditanam saat musim kemarau saja. Sedangkan di
Indonesia, musim kemaraunya itu agak labil.
Jika daun tembakau yang ditanam terkena air
hujan akan menjadi rusak dan harganya menjadi jatuh. Jika seperti ini, pabrikan
rokok di Indonesia membeli dengan harga murah sekali. Kita harus berani mengungkap
hal ini bahwa tidak semua petani sejahtera meskipun rokok laku keras di
pasaran.
Pada tahun 2010, Indonesia telah mengimpor 65.000 ton lebih daun tembakau, setara 48% dari total produksi. Selama 12 tahun ini Indonesia lebih banyak mengimpor daripada mengekspor daun tembakau. *nah lho?
Hal ini karena adanya aturan yang justru menghimpit petani tembakau dalam negeri dan melonggarkan impor, yaitu PP No.38 tahun 2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang mengatur soal zat yang terkandung di dalam rokok dan tembakau di Indonesia belum memenuhi syarat tersebut.
Hal ini karena adanya aturan yang justru menghimpit petani tembakau dalam negeri dan melonggarkan impor, yaitu PP No.38 tahun 2000 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan yang mengatur soal zat yang terkandung di dalam rokok dan tembakau di Indonesia belum memenuhi syarat tersebut.
Lalu untuk pedagang kecil, apakah akan
kehilangan sumber rejekinya jika rokok menjadi mahal? Sebetulnya mereka tidak
mendapat untung besar dari penjualan perbatang rokok, bahkan data dari beberapa
pedagang bahwa mereka lebih banyak mendapat untung dari penjualan sembako
dibanding menjual rokok.
Tetap saja produsen yang diuntungkan, apalagi sekarang mereka masih kuat mencengkram teknik
pemasaran dengan cara memasang spanduk iklan besar dengan
mencantumkan harga rokok secara terang-terangan dan menggandeng beberapa event
yang disukai remaja sebagai sponsor.
Semua itu akan membuat pola pikir anak remaja
menganggap bahwa rokok itu wajar untuk dibeli, toh tidak ada akan ditangkap
seperti narkoba. Dan, akhirnya, perusahaan tetap berhasil menggaet perokok baru
yang akan membeli produk ini sepanjang hidup mereka ke depan.
Sudah jelas kan? Apa dampak jika rokok harus mahal?
Dampaknya tidak ada yang dirugikan. Tetapi yang paling diuntungkan di
sini tetap adalah para produsen rokok. Pikirkan saja kembali.
Negara maju saja bisa mengendalikan jumlah perokok dengan menaikkan harga jual
rokok menjadi mahal, masa sih kita negara yang masih berkembang tidak mau
berusaha seperti itu?
Dukung Kampanye Harga Rokok Harus Mahal
Selama bulan Mei hingga Agustus nanti,
jaringan media KBR mengajak semua masyarakat untuk ikut serta dalam
mengkampanyekan Rokok Harus Mahal, langkah awalnya harga rokok dinaikkan
menjadi 50 ribu.
Atau anda punya pendapat lain? Jika bukan kita yang memulai, siapa lagi? Yuk dukung rokok harus mahal, harga rokok 50
ribu.
Selamat menjalankan ibadah puasa...!
Setuju aja deh saya mah, soalnya saya gak ngeroko :D
BalasHapusAlhamdlillah, jangan sampai merokok ya, gak ada gunanya
HapusBUlan Ramadhan emang penuh berkah, untuk urusan polusi dari asap rokok pun berkurang ya, alhamdulillah. And u know what? Saya ini gak suka dengan segala hal yang berhubungan dengan rokok, makanya dari kecil saya gak ngerokok sampe sekarang udah punya anak dua.
BalasHapusHarga rokok di Indonesia memang masih terbilang murah dan terjangkau, makanya masih pada mampu beli. Coba kalo harganya dibikin kayak di Australia, mencapai 100.000, rasain deh, hahaha... Semoga saja sih suatu saat nanti harganya bisa segitu ya mba, biar pada sadar, bahwa kesehatan adalah nomor satu yang gak ternilai harganya
alhamdulillah saya bangga dengan lelaki yang tidak merokok seperti mas Hendra begini, salut, karena tidak egois mementingkan diri sendiri
HapusSaya sangat mendukung mbak kampanye rokok harus mahal ini. Kadang saya juga heran, loh kok ya enak2 nya ngerokok padahal udah tau rokok itu bahaya buat kesehatan. Lagian asapnya juga berdampak pada orang yg nggak merokok.
BalasHapushaha hawa nafsunya gede soalnya, egois, gak peduli orang lain
HapusAlhamdulillah yaa.. seger rasanya tanpa asap rokok. Suka sebel sama yg udah g punya duit ngerokok pula. Soalnya dr beberapa temen yg.. maaf.. "kere" tapi merokok, mereka bilang lebih baik nggak makan drpd nggak ngerokok. Utk sekali ngerokok mereka bisa dapet dgn cara ngeteng 2K. Sepakat deh kalau rokok harus mahal. Biar kalau diketeng harganya sama dengan sepiring nasi.
BalasHapusbener mbak, hanya demi rokok mereka rela gak makan bahkan gak mikirin kesehatan keluarga
HapusDukung! Harga rokok mahal. Apalagi ilang dari muka bumi ini. Karena asapnya yang nempel di baju, lantai dan barang2 lain itu bikin celaka keluarga/sekitar yang nggak ngerokok
BalasHapusnah iya, asapnya menempel dimana-mana bikin sebel, baunya jadi apek
HapusAku setuju banget mba kalau harga rokok harus mahal karena dampaknya yang bikin kantong dan tubuh tak sehat. Apalagi jika yang konsumsi anak anak ya
BalasHapusiya, kalau rokok mahal, yg sakit karena rokok cuma orang berduit aja, bukan rakyat miskin
HapusDuh ngebayanginnya aja aku ufah seneng ya, apalagi kalau dimusnahkan, tapi ya ga mungkin juga kasian petani2 dan karyawan yg menghidupi keluarga dari keuntungan itu. Rada2 polemik juga sih kalau soal rokok, tapi apapun, kampanye baik harus selalu didukung...
BalasHapuskalau rokok mahal yg beli orang berduit banyak seperti konglomerat mbak, insyaallah petani tetap makmur karena yg beli orang kaya hehehe
Hapusrokok harus mahalllll bangettttt, anak sekolah aja masa mampu beli, saaddd.
BalasHapusiya mirisnya jika anak-anak SD udah bisa beli rokok :(
HapusHonestly, aku dulu perokok parah mbak.. tapi sejak hamil berhenti ngerokok sampai sekarang dan beralih benci banget karena ada Alula. Ngerasa miris banget ngeliat anak-anak aja udah banyak yang merokok bahkan di tempat umum.. Setuju banget kalau rokok harus mahal
BalasHapus50 ribu kayaknya masih kurang ya? Kalau bisa dilebihin harga rokoknya, jadi 3x lipat. Kira-kira masih ada yang beli nggak tuh? Tapi program kampanye ini saya dukung banget secara punya penyakit yang pemicunya dari rokok.
BalasHapusIbu2 pasti seneng banget kalau harga rokok mahal dan suami berhenti merokok. Uang belanja aman.
BalasHapusSetuju harga rokok harus mahal, biar pada mikir kalau mau beli rokok. Ada yg usul sebungkus 50 rb tapi menurutku 50 ribu sih terlalu murah, sekalian aja sebungkus 100 atau 200 rb.
BalasHapusHarusnya benar benarvmuahal 300/perbungkus ya biarvpada mlipir
BalasHapusRokok memang dilematis ya, banyak kepentingan ada di sana
BalasHapusSetuju banget harga rokok harus mahal, tapi lebih setuju lagi jangan ada produksi rokok di negara kita hehe.. semoga para perokok semakin sadar ya mba
BalasHapusSemoga dengan wacana ini jadi beberapa orang twrbuka mengenai bahaya rokok. asap ngebul komandan dan mengganggu
BalasHapus