www.narasilia.com - Suatu
hari saya iseng membuka file backup di komputer yang kerap kali ngehang,
ternyata malah ketemu kumpulan tulisan almarhum ayah yang selama ini menjadi
inspirasi jiwa dan fikiran saya sebagai manusia.
Saya
buka tiap judul, ah sungguh membangkitkan rasa kangen saya kepadanya. Ayah itu
senang ngobrol dan menulis. Kalau tidak ada teman ngobrol, beliau akan
menuangkan semua apa yang dipikirkannya ke dalam suatu tulisan. Seperti ini
salah satunya yang sedikit saya perbaiki agar tatanannya enak dibaca.
Kata Ayah:
Untuk
mengenal dunia ini, manusia
membutuhkan cahaya yang menyinari untuk bisa melihatnya, seperti matahari, lampu, obor, dan sebagainya. Begitu pula hati ini,
apabila ingin melihat khazanah Allah swt maka dia membutuhkan nur (cahaya) hidayah yang dapat
memperlihatkan dengan jelas segala kebesaran Allah swt.
Tanda-tanda Adanya Cahaya Dalam Hati:
1. Manusia tidak tertipu oleh
keduniaan.
Dihadapan Allah swt, dunia ini tidak lebih
berharga dari sehelai sayap nyamuk, dan karena tidak mempunyai nilai tinggi
tersebut maka Allah swt berikan kebebasan kepada siapa saja yang menghendakinya
untuk mengambil sepuas-puasnya tanpa batas.
Dan bagi manusia yang tidak menyadari
akan nilai dirinya yang sebenarnya lebih mulia dari segala makhluk yang pernah
Allah swt ciptakan, maka dia akan merasa bahwa kebahagiaan hidupnya adalah
apabila bisa meraih dunia yang tak berharga itu sebanyak mungkin.
Dia korbankan dan habiskan harta,
diri, waktu dan segalanya demi meraih dunianya tersebut. Adapun orang-orang
beriman justru sebaliknya, dia tidak terkesan dengan kehidupan dunia yang
melalaikan, tetapi dia sibuk dengan cita-citanya untuk bisa meraih kehidupan
akhirat yang membahagiakannya kelak.
2. Kehidupannya terpaut dengan
kehidupan akhirat.
Dikisahkan contoh seorang anak kecil
berusia sekitar 7 tahun bernama Zainal Abidin, ketika sedang bermain dengan
anak-anak lainnya, dia melihat ibunya sedang membakar kayu dalam tungku untuk
memasak dengan kayu-kayu berukuran kecil karena mudah menyala. Yang terjadi justru
dia menangis karena membayangkan api neraka yang menyala-nyala membakar dirinya.
Masya Allah.
3. Mempersiapkan diri untuk bekal
mati.
Dihabiskan segenap waktu hidupnya untuk
berda'wah mengajak manusia taat kepada Allah swt tanpa mengenal lelah dan
bosan. Bagaimana Salman Al Farisi berpesan ketika akan menemui ajalnya saat dia
sedang sakit, yaitu minta disirami dengan minyak kasturi, karena sebentar lagi
malaikat maut akan datang menjemput dirinya, dan dia suka wangi-wangian
tersebut.
Abu Bakar ra berpesan agar dimandikan
bagaikan Rosululloh saw dimandikan. Begitu pula raja Zulqornain berpesan agar
ketika dikafani tangannya dikeluarkan agar rakyatnya melihat dan mengetahui
bahwa kematiannya tidak membawa harta benda.
Perbanyaklah permintaan ketika dalam
berdo’a:
- Iman yang sempurna.
- Cinta kepada iman.
- Memperoleh cahaya iman.
- Kekuatan iman.
Praktek keimanan yaitu:
a. Ketika perut lapar maka ingatlah
kepada Allah swt bukan kepada makanan, baru setelah itu upayakan untuk
meni’mati lezatnya makanan dengan tidak melupakan adab-adab di waktu makan, karena
yang menghilangkan lapar adalah Allah swt.
Allah swt bisa membuat seseorang
kenyang tanpa harus memakan makanan. Contohnya Siti Fatimah rha ketika dalam
keadaan kelaparan yang sangat, dido’akan oleh ayahandanya Rosululloh saw, maka
sejak itu dia tidak pernah mengalami kelaparan.
b. Ketika sakit ingatlah Allah swt
dan upayakan sholat dahulu sebelum pergi berobat, setelah itu carilah madu dan
minumlah dengan keyakinan Allah swt Yang Maha Menyembuhkan.
Luruskan iman kita, maka amal akan
lurus pula.
Terimakasih ayah, sudah menasihati
aku saat ini.
makasih mbak lia atas pencerahannya kayanya aku masih mabuk duniawi T_T
BalasHapusmbak Evrina mah balance, gak akan mabuk duniawi jika tetap melaksanakan sholat dan ibadah wajib, gitu sih kata ayah :-)
HapusYa Allah... Sungguh tulisan yang bermakna,
BalasHapusaamiin ya robbal aalamiin, terimakasih mbak Sarah
HapusTulisan yang sangat bermakna.
BalasHapus