Kebanyakan orang menganggap dua anak cukup. Apalagi jika sudah lengkap sepasang, laki-laki dan perempuan. Namun tidak bagi kami, kehamilanku ketiga ini memang menjadi sebuah harapan dan tujuan. Ada beberapa keunikan niat di dalamnya, seperti:
1. Kami berdua terobsesi dalam membuktikan produk kesehatan. Perpaduan antara Coffe Moment minuman yang dapat membuat suami lebih joss, dan Glucogen Moment minuman rasa strawberry creamy yang dapat membuat kulit lebih cerah serta menyehatkan organ tubuh terutama kesehatan rahim untuk sang istri. Alhamdulillah, Allah mengizinkan hal ini.
2. Kami berdua menginginkannya karena merasa asuransi kantor masih menanggung anak ketiga, ehehe.
3. Saya bersangka baik akan kuasa Allah SWT, bahwa wanita yang sudah berusia lebih dari 35 tahun masih bisa hamil dan melahirkan anak dengan sehat dengan selamat.
4. Dan yang paling menyenangkan, bahwa Shidqi & Selma memang sangat menginginkan adik.
Banyak yang gembira dan tertawa dengan alasan kami di atas, bahkan ada yang berkata: “ TV di rumah masih rusak? Jadi cari hiburan lain ya.” Kami hanya menyambutnya dengan tertawa pula, santai sajalah. [Baca: Rumah Tanpa Televisi].
Kami tetap bahagia meskipun ada juga yang berfikiran jelek, seperti adanya omongan tetangga yang menilai saya masih berani hamil lagi, padahal di rumah sering keteteran harus dipegang sendiri, gak repot tuh?
Saya tidak ambil pusing, ternyata tak diduga tetangga itu malah ikut hamil, padahal dia sendiri yang terlihat tidak siap karena anak keduanya masih sering rewel dan sulit diatur. Rasanya saya merasa menang di sini. Shidqi & Selma sudah saya persiapkan untuk menjadi kakak.
Siapkan Calon Kakak Menerima Adik.
a. Membangun jiwa untuk menjadi mandiri dan siap menjadi kakak.
Dengan cara membimbing mereka agar dapat makan dan mandi sendiri, menyiapkan pakaian sekolah sendiri, membereskan pakaian, mainan dan kasur sendiri, bahkan mempunyai tanggung jawab atas jadwal nonton, main, sholat dan mengaji. Shidqi dan Selma sudah tahu bagaimana caranya mencuci piring sehabis makan, membuang dan membakar sampah, bahkan disuruh ke warung membelikan keperluan masak, tentunya dengan membawa catatan agar tidak lupa.
b. Saya selalu membela yang benar dan memarahi yang salah.
Jika saja Selma berbuat salah, tetap mendapat hukuman sesuai aturan, dan membela sang kakak karena dia benar. Demikian sebaliknya. Saya tidak pernah membedakan status, tidak menyuruh Shidqi mengalah meskipun adiknya memaksa. Justru saya ajarkan bagaimana caranya sang kakak menolak dengan bahasa yang baik, dan bagaimana caranya sang adik meminjam dengan sikap yang sopan.
Dari sikap inilah saya melihat Shidqi lebih bijak dan sayang kepada adiknya, bahkan sering menjadi asisten saya dalam membantu keperluan Selma. Jadi enak minta tolongnya, “Kakak Shidqi, mau bikin susu yaa? Sekalian tolong bunda dong, temenin bantu Selma bikin susu juga, supaya gak tumpah-tumpah”. *modus.
c. Mengenalkan kondisi kehamilan saya kepada Shidqi & Selma.
Mulai usia kehamilan muda, mereka melihat langsung bagaimana kondisi saya yang sering mual muntah, sering kebelet pipis, sering ketiduran di depan laptop bahkan di lantai, bahkan mereka melihat langsung perut saya yang semakin mirip semangka raksasa dan merasakan gerakan janin dalam perut gendut ini.
Saya selalu mengajak bicara, beginilah kondisi ibu hamil dan bagaimana melahirkan nanti. Lucunya Selma selalu sigap memijiti kaki dan mengusap-usap rambut saya jika sedang rebahan. Saya juga sudah mewanti-wanti agar mereka siap membantu bunda jika sang adik lahir nanti. “Kita tak bisa merepotkan orang lain, jadi bunda yakin kita bisa sama-sama kok”.
d. Mengajak menyukai bayi manapun jika kami bertemu.
Hal ini bertujuan agar mereka bisa mencintai adik bayi dalam kondisi menyenangkan dan menyebalkan sekali pun. Melihat lucunya pernak pernik yang dipakai bayi, mendorong kereta bayi, melihat kondisi bayi yang menyusu, makan, bahkan sedang pup dan ngompol, dan juga melihat anak kecil yang cengengnya ampun-ampunan. “Tuh, begitu nanti kalau sudah punya adik, tetap disayang ya”. Di sini saya tidak pernah menakut-nakuti nanti akan begini begitu. Saya yakin aura positif yang kita berikan kepada anak, akan membentuk pribadi yang positif pula.
Kondisi Kehamilan Ke-3, di Usia Tak Muda Lagi.
Sebelum hamil, banyak sih yang bilang bagaimana kondisi hamil anak ketiga di usia ibu sudah tak muda lagi. Ada yang biasa saja, ada yang mengkhawatirkan, dan banyak lagi pengalaman yang mereka bagi. Tapi sudahlah, saya yakin setiap ibu memiliki keistimewaan masing-masing sesuai izin-Nya. Demikian saya, sudah menginjak usia 32 minggu ini tidak banyak kendala yang menghalangi kegiatan penting.
Meskipun diri saya sempat dinyatakan ada kebocoran jantung sebelah kanan, alhamdulillah dalam kehamilan ini saya tidak mengalami hal yang menakutkan. Saat usia hamil 23 minggu, saya tetap melaksanakan puasa Ramadhan sampai tuntas sebulan penuh dan bebas wasir. [Baca: Cara Jitu Cegah Wasir dan Tetap Fit Saat Hamil]
Sejak hamil muda, saya sanggup berjalan menyusuri troatoar, setelah menggunakan kereta Commuterline atau busway untuk mendatangi undangan blogger, alhamdulillah sekarang ditambah fasilitas Gojek makin kuat deh jalan-jalannya. Bagusnya membuat kaki ini tidak mudah bengkak. Justru mengalami keram jika hanya berdiam diri.
Mengerjakan tugas rumah tangga juga sendiri, maklum memang tidak punya asisten khusus. Memasak menyiapkan sendiri semua keperluan untuk pesta kecil ulang tahun Selma di kelasnya, dan jadi ojek antar jemput Shidqi & Selma sekolah sambil membawa si matik. Tapi jujur, sekarang sudah mulai ngilu di bawah perut dan saya sangat doyan tidur, hihi.
Ganti Dokter.
Sebelumnya saya memeriksa kehamilan dengan dr. Andi Fatimah, Sp.OG di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong hingga usia hamil 22 minggu. Saya bisa berkonsultasi banyak, meskipun memang tetap saya yang harus interaktif. Beliau juga tidak terlalu ribet dengan resep vitamin, saya dipersilahkan bebas memilih suplemen hamil merk apa saja.
Namun saya ingin kembali melahirkan di RS. Mitra Keluarga Depok, tempat Selma lahir, dulu dibantu oleh dr. Sofani Munzilla, Sp.OG, sang dokter yang modis, muda, dan berhijab. Alasan lainnya saya suka dengan kondisi pelayanan kamar RS yang bersih dan dengan penerangan yang baik, dan keamanan yang tertib dan nyaman. Satpamnya tegas menegur tamu diluar jam besuk, sehingga tidak mengganggu pasien yang memang butuh istirahat.
BB 57kg |
Sayang, karena dr. Sofani belum datang padahal antrian sudah panjang, kini saya mencoba bertemu dokter baru yaitu dr. Jolanda, Sp.OG yang ternyata sangat komunikatif. Beliau tidak menghakimi saya dengan perihal macam-macam, meskipun usia saya diatas 35 tahun dan terdeteksi jantung bocor.
Terlihat piawai menggunakan alat USG untuk melihat posisi bayiku yang ternyata kepalanya sudah pas dibawah dan mendorong bagian jalan lahir sehingga menimbulkan ngilu. Alat tersebut juga mengukur lingkar kepala dan perut, menghitung usia kehamilan, memantau tulang belakang, berat janin sekitar 1.6 kg, memeriksa air ketuban, menghitung jari, melihat jenis kelamin, dan langsung bisa mendeteksi detak jantung bayi. Alat yang canggih didukung oleh dokter yang lihai pula, keren jadinya.
Dokter sempat bercerita pasiennya yang dulu kurang jujur dalam menjabarkan kondisi tubuhnya, akhirnya malah koma karena gagal jantung setelah melahirkan di kampung halaman. Untuk itu beliau menganjurkan saya jika ingin melahirkan normal, semua harus jujur dengan kondisi tubuh agar dapat dideteksi kembali. Dokter juga tak lupa langsung meresepkan saya dengan:
- Lactafar Kapsul, yang mengandung minyak ikan, asam folat, probiotik, dan vitamin E
- Osfit DHA kapsul yang mengandung minyak ikan tuna, kalsium, dan vitamin D3.
- dan Ossoral 800 mg tablet untuk penambah kalsium.
- Lactafar Kapsul, yang mengandung minyak ikan, asam folat, probiotik, dan vitamin E
- Osfit DHA kapsul yang mengandung minyak ikan tuna, kalsium, dan vitamin D3.
- dan Ossoral 800 mg tablet untuk penambah kalsium.
***
Begitulah catatan saya selama kehamilan, mari saling mendoakan semoga saya dan para ibu hamil di usia rawan, serta para bayi tetap bisa selamat dan sehat, tanpa sesuatu apapun, aamiin.
Bagaimana dengan cerita anda? Sharing hyuuuk..
Udah ada Shidqi ama Lia.
BalasHapusAKu masih Sidqi aja, mak. Belum punya adek sampe segede ini. Barokallah untuk kehamilannya yaaa
insyaallah menyusul yaa maak Shidqi, hehe
Hapus