Jangan pernah meremehkan anak-anak.
Jangan kira mereka tak bisa diajak diskusi atau diajak bicara serius.
Mereka bisa lho..
Aku pernah mendengar bapak motivator Tung Desem Waringin bercerita bahwa saat dirinya duduk di kelas 3 SD, bapaknya mengajak seluruh anak-anaknya termasuk dirinya berkumpul dan berdiskusi bagaimana caranya agar toko miliknya itu kembali ramai.
"Jika tidak ramai, toko bapak akan kehilangan pembeli."
"Toko bapak akan tutup, kita bangkrut."
"Bapak tidak akan punya uang, tidak bisa membiayai sekolah kalian."
Ternyata: BENERAN BANGKRUT.
Tapi apa yang terjadi? hal itulah yang membuat diri bapak Tung berfikir keras, bagaimana caranya bisa membahagiakan mama yang masih hidup, agar tidak kembali bangkrut.
Kita ketahui bersama, beliau kini menjadi salah satu pebisnis handal yang memiliki omset tak terhitung saking buanyaknya itu.
Diskusi membentuk pola pikir anak berfungsi. Logika mereka diajak untuk mencari solusi. Diskusi membawa kebaikan dan motivasi bagi anak-anak. Entah meski kapan akan digunakan oleh mereka.
Tipsnya:
1. Ajak mereka duduk bersama, bisa sambil makan bareng atau bermain bareng.
2. Buat suasana santai. Matikan televisi atau pun suara-suara yang menggangu.
3. Ajak bicara, jangan ragu membuka masalah kita, tentu saja dengan bahasa yang sederhana.
4. Tatap mata mereka satu persatu.
5. Pastikan mereka mendengar apa yang kita ucapkan. Misalnya: ya kak, ya dek, ingat ya.
6. Jangan memotong pertanyaan anak-anak jika mereka belum faham atau bahkan membantah
7. Dengarkan masukan anak-anak. Kadang ide mereka sederhana tapi memberikan solusi.
8. Temukan kesepakatan.
9. Akhir diskusi berikan pelukan hangat, atau elusan di kepala mereka.
10. Meyakinkan diri mereka. Kita bisa karena bersama.
Demikian diriku.
Shidqi dan Selma sudah tahu dan tidak mengganggu, manakala laptop satu-satunya di rumah kami, kugunakan.
"Bunda izin kerja dulu ya. Kerjaan bunda adalah di laptop."
"Laptop bunda pakai, jangan ada yang menggangu."
"Jika ada yang mengganggu, bunda tidak bisa mengerjakan tugas dan jualan bunda dengan baik."
"Kerjaan bunda akan mendatangkan uang."
"Bisa untuk jajan kalian beli es krim, bisa buat naik kereta, bisa buat bayar sekolah."
"Jika kalian tetap ngotot menggunakan laptop, apa yang akan terjadi?"
"Bunda tidak bisa bekerja dan dapat duit."
"Akibatnya kamu tidak akan bisa jajan, tidak bisa bayar sekolah."
Selesai berbusa-busanya, hehehe..
Apa awalnya langsung menurut? tidak.
Semua peraturan, diskusi, dan pelaksanaan tetap selalu diingatkan dan diulang-ulang.
Konsisten, tidak berubah, tidak labil.
Tidak boleh besok A, besok B.
Harusnya sekarang A, besok A, dan besok A
Akhirnya akan terbentuk kebiasaan yang baku.
Anak akan mentaati rambu-rambu yang ada.
Orangtua sebagai model.
Anda melanggar, ohoho mereka pun akan melanggar.
Anda baik, mereka baik.
Anda menuruti aturan, mereka akan menuruti aturan.
Anda melanggar, ohoho mereka pun akan melanggar.
Anda baik, mereka baik.
Anda menuruti aturan, mereka akan menuruti aturan.
Contohnya malam ini.
Mulai kutemukan manisnya hasil diskusi yang pernah kusampaikan waktu itu.
Ceritanya Shidqi terbangun di tengah malam, alasannya banyak nyamuk dan gerah.
Menghampiri diriku yang masih sibuk bersama laptop di ruang tamu dan mencoba tidur di sampingku.
Tak lama kemudian suara Selma terdengar merengek memanggil diriku.
"Bundaa, sini bobok," rintihnya.
"Bunda di sini, dek. Masih kerja," jawabku.
Shidqi dan Selma seperti mengingat aturan hasil diskusi bahwa jika sudah ada perkataan KERJA maka mereka tak akan menggangu.
Tak lama kemudian Shidqi bangkit dan masuk kembali ke kamar menemui adiknya.
"Bunda masih di depan," sahut Shidqi menenangkan adiknya.
"Boneka masa (red.Masha) adek mana, bunda?" tanya Selma masih di dalam kamar.
"Apa deek," jawabku mulai gusar.
"Boneka Masha, bunda, " jawab Shidqi kembali keluar kamar.
Kulihat Shidqi mengambilkan boneka adiknya itu di dapur, ternyata tadi siang tertinggal di sana.
Tak lama kemudian, suasana hening kembali.
Kini mereka berdua sudah kembali tidur. Boneka Masha sudah berada dipelukan Selma.
Sejuk banget hati ini melihat mereka tidur bareng.
Shidqi tampil menggantikan posisiku, mengasuh adiknya.
Dia tahu aku tak mau diganggu karena masih mengetik di laptop.
Tak-tik-tak-tik..
Memecah kesunyian tengah malam.
Aku bahagia.
Anak-anakku telah mengerti.
Tak ada yang terbebani.
waah,,ternyata dengan adanya diskusi terlebih dahulu anak-anak jadi mengerti,, :)
BalasHapusiya, anak2 itu bisa diajak kerjasama :)
Hapusanak-anak juga bisa di ajak diskusi dengan bahasa mereka ya
BalasHapusiya, dengan bahasa sesederhana mungkin mak :)
Hapus