Pagi ini aku akan membuat pepes tahu
(resep di sini) dan bolu pisang kepok
(resep di sini). Semua bahan
kupersiapkan. Telur ½ kg kubagi-bagi agar semua pas untuk membuat pepes dan
bolu. Dan perlu diketahui, aku itu sering menggunakan bahan makanan untuk memoles wajah maupun rambut yang mulai menginjak usia-usia baya (cieee..).
Kumulai dengan membuat pepes tahu. Saat memecahkan telur, iseng-iseng kuoleskan putih telurnya ke seluruh wajah. Sambil terus mengulek bumbu, rasanya kulit wajah semakin kencang. Ndilalah, Selma tiba-tiba merengek minta dikupaskan pepaya. Sambil memotong, tiba-tiba muncul ide untuk membersihkan wajah yang telah ‘mengeras’ ini dengan kulit pepaya bagian dalam. Proses membuat pepes tahu sudah masuk ke dalam double pan. Kulanjutkan dengan menggosok-gosok ke seluruh wajah hingga putih telur terasa melunak. Setelahnya kubasuh dengan air hangat. Hmm, segar deh. Sepertinya kulit agak moist, enak buat dicubit-cubit gemas, hehehe... (*merasa SUKSES!)
Kemudian aku mulai membuat kue bolu pisang kepok. Kebetulan sudah dua hari ini suami membelikan sesisir pisang itu dan tampak sudah kian matang. Aku kupas kulit pisang satu persatu. Melihat kulit pisang dan kulit papaya berserakan hendak dibuang, malah terfikir untuk iseng-iseng bikin bubur untuk masker rambutku yang kusam. Aku mengira pisang itu bagus untuk kesehatan rambut, entah bagian mananya.
Langsung kedua kulit itu kucuci bersih, kuletakkan di dalam blender, diberi air, dan mulailah digiling. Setelah hancur, kuusap semua bubur kulit buah itu ke seluruh rambut, sampai benar-benar merata. Tapi kok lama-lama kaya lengket dan kusut begini nih rambut? (*nahloh). Aku segera bercermin, walaah.. ternyata reaksi kulit pisang kepok itu mulai melengket dan membuat kaku. Rambutku mirip sarang burung, menggulung dan terasa lengket bagai kena lem. Nah..nah..gimana nih? Padahal di kulit kepala nyaman lho. Adem dan tidak terasa gatal.
Kumulai dengan membuat pepes tahu. Saat memecahkan telur, iseng-iseng kuoleskan putih telurnya ke seluruh wajah. Sambil terus mengulek bumbu, rasanya kulit wajah semakin kencang. Ndilalah, Selma tiba-tiba merengek minta dikupaskan pepaya. Sambil memotong, tiba-tiba muncul ide untuk membersihkan wajah yang telah ‘mengeras’ ini dengan kulit pepaya bagian dalam. Proses membuat pepes tahu sudah masuk ke dalam double pan. Kulanjutkan dengan menggosok-gosok ke seluruh wajah hingga putih telur terasa melunak. Setelahnya kubasuh dengan air hangat. Hmm, segar deh. Sepertinya kulit agak moist, enak buat dicubit-cubit gemas, hehehe... (*merasa SUKSES!)
Kemudian aku mulai membuat kue bolu pisang kepok. Kebetulan sudah dua hari ini suami membelikan sesisir pisang itu dan tampak sudah kian matang. Aku kupas kulit pisang satu persatu. Melihat kulit pisang dan kulit papaya berserakan hendak dibuang, malah terfikir untuk iseng-iseng bikin bubur untuk masker rambutku yang kusam. Aku mengira pisang itu bagus untuk kesehatan rambut, entah bagian mananya.
Langsung kedua kulit itu kucuci bersih, kuletakkan di dalam blender, diberi air, dan mulailah digiling. Setelah hancur, kuusap semua bubur kulit buah itu ke seluruh rambut, sampai benar-benar merata. Tapi kok lama-lama kaya lengket dan kusut begini nih rambut? (*nahloh). Aku segera bercermin, walaah.. ternyata reaksi kulit pisang kepok itu mulai melengket dan membuat kaku. Rambutku mirip sarang burung, menggulung dan terasa lengket bagai kena lem. Nah..nah..gimana nih? Padahal di kulit kepala nyaman lho. Adem dan tidak terasa gatal.
ilustrasi mirip begini lah |
Pikiran
tenang mulai menguasaiku. Mengingat dulu jariku pernah terkena getah buah nangka
muda di belakang rumah, ibu langsung membasuh jariku dengan minyak goreng.
Diusap-usapkan untuk melicinkan getah tersebut agar terlepas, dan ajaib, jariku
bebas dari getah. Ide itulah muncul untuk tragedy rambut ini.
Tapi bukan minyak
goreng yang kupakai, melainkan minyak kemiri yang memang kusediakan (kebetulan
jual juga sih..) untuk merawat rambut Selma. Nyaris kutuang setengah botol
minyak kemiri Kukui ke seluruh rambut, kugosok-gosok layaknya pijatan di salon.
Kusela-sela helaian rambut dengan minyak tadi, dan ahaa.. benar, rambutku bisa
diurai kembali. Yeayy..!! Alhamdulillah.
tuh, tinggal 1/2 botol dari yg penuh |
Kucuci rambut dibawah aliran air keran. Kusisiri helai demi helai dengan sisir kecil, ampas bubur kulit buah mulai rontok satu demi satu hingga habis. Rambutku menjadi terasa licin. Kemudian kukeramasi dengan shampoo dan kucuci hingga benar-benar bebas dari masalah tadi. Eh, ternyata hasilnya rambutku menjadi haluuuus banget, seperti habis creambath, hahaha. Kapok? Gak kok, tapi lain kali memang harus hati-hati, hihi. Anda mau coba? Beneran kok :D
Setelah mencari referensi, ternyata kulit pisang mengandung amilopektin yang sifatnya membuat lengket, itulah mengapa rambutku menjadi demikian. Amilopektin itu disinyalir berasal dari zat pati yang tingkat kelengketannya berbeda-beda. Contohnya nasi, tepung tapioka, sagu, ketan, dan lain-lain, nah kulit pisang pun seperti itu. Karena terlalu pede, kupikir sama-sama unsur pisang, bagus dong untuk perawatan. Tapi ya tidak gitu-gitu amatlah, hihi,
Ternyata yang normal itu: kulit pisang bagian dalamnya yang digosok-gosok ke kulit kepala, atau bahkan daging buahnya yang dipakai untuk masker, xixi. Yang jelas semua tetap bermanfaat walaupun cara perlakuannya yang harus diperhatikan. Hehe, gak belajar namanya kalo gak gitu (*ngeles...)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Agar tidak spam pada komentar, gunakan akun Google kamu. Atau kirim email ke: info.narasilia@gmail.com. Thank you ❤