Bismillah.. Eropa Eropa..Eropa..
Hari Kamis lalu 3 Okt 2013 saya dan Shidqi menghadiri Bloggers Gathering bertema “Affordable, Quality Education In Europe”,
memenuhi undangan mbak Indah Julianti sebagai makpuh di Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB). Sebenarnya sih ada tujuan lain, ingin mendukung Shidqi yang bercita-cita ke Eropa menjadi masinis dan bermain salju bersama adiknya Selma, hehe. Mudah-mudahan ini titik awal, amin.
Menuju kesana saya menaiki kereta listrik
jurusan Bojong Gede menuju stasiun Cawang, lalu dilanjutkan dengan busway kode
09 atau 10 yang penting melewati Kuningan Barat. Dari Kuningan Barat kami transit
menuju Kuningan Timur, ternyata tak perlu lanjut naik busway lagi. Cukup keluar
dari shelter lalu jalan kaki di arah kiri, melewati pintu gerbang Dubes Swiss,
Dubes Belanda, lalu belok kiri menuju Erasmus Huis. Masuk ke dalam sana tentu
saja harus melalui pintu penjagaan yang ketat. Sampai deh..
Acara dimulai pada pukul 17.15-20.00 WIB. Diawali sambutan dari Programme Officer Delegasi
Uni-Eropa untuk Indonesia Ms. Jenni Lundmark, “EHEF is an excellent
opportunity
for prospective Indonesian student to meet representatives of European
University, discuss study programmes anda university life, as well as
pick up
information about higher education institutions. Presentations by
exhibitors
shall also take place during the fair”. EHEF diselenggarakan menanggapi
makin meningkatnya minat mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan belajar
di Eropa. Jumlah yang sudah berangkat tahun 2013 ini mencapai 4000
mahasiswa. Total keseluruhan ada 7000 mahasiswa yang sedang menempuh
pendidikan di Eropa.
Pameran Pendidikan Tinggi Eropa (European Higher Education Fair 2013)
diselengarakan pertama kalinya pada tanggal 9 Oktober di Grand City Ballroom,
Surabaya. Lebih dari 70 universitas dari 14 negara Eropa berpartisipasi. Dan kelima
kalinya diadakan di Jakarta, tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 12-13
Oktober di Puri Agung Convention Hall, Grand Sahid Jaya Hotel (Jl. Jendral Sudirman
86), lebih dari 115 institusi dari 15 negara Eropa yang akan mengikuti acara
tersebut.
Acara ini atas kerjasama antara Uni Eropa dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, didukung oleh British Coucil (Inggris), CampusFrance IFI (Prancis), DAAD (Jerman), dan Nuffic Neso (belanda). Terbuka untuk umum dan gratis!!
Acara ini atas kerjasama antara Uni Eropa dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, didukung oleh British Coucil (Inggris), CampusFrance IFI (Prancis), DAAD (Jerman), dan Nuffic Neso (belanda). Terbuka untuk umum dan gratis!!
Sang istri, Hanum, yang tentu harus ikut serta menemani dirinya selama
3.5 tahun di sana sempat mengalami kebosanan, namun akhirnya dia memutuskan
untuk sekolah kursus Bahasa Jerman. Di sanalah mulai banyak perubahan dalam
dirinya. Banyak pengalaman yang unik di dapat, bersama sahabatnya berkebangsaan
Turki, Fatma. Mereka berkeliling mengunjungi toko-toko diskon, restoran halal,
dan tempat-tempat bersejarah di Austria. Salah satunya roti Croisant dulunya
dibuat oleh tentara untuk merayakan kemenangan mengusir Turki. Saat di Cordoba (Spanyol)
dan Istambul (Turki) ada hal unik yaitu masjid dijadikan gereja dan begitu
sebaliknya, gereja dijadikan masjid.
Buku ini mengangkat nilai, budaya, dan agama di Eropa. Ternyata nilai
Islami di sana lebih kuat. Memang muslimnya sedikit dibandingkan di Negara Indonesia,
namun jiwa Islamnya lebih banyak. Lebih banyak pengamalan secara Islami seperti
kedisiplinan, tepat waktu (QS. Demi Masa), kebersihan, lingkungan yang tertata,
dan saling menghargai satu sama lainnya. Wajarlah Islam di Eropa lebih lama
sejak abad 700. Hal ini tentu saja banyak membawa dampak positif bagi warganya,
banyak sekali peraih penghargaan Nobel dari praktisi Eropa. Tinggal di Eropa
menumbuhkan jiwa sebagai pemimpin yang berwawasan global, tentunya harus
mempunyai keahlian (skill). Orang Eropa tak peduli bagaimana fisikmu dan
jilbabmu, tetapi mereka akan lebih menghargai apa yang ada dalam jiwa dan fikiran
kita.
Tepat pukul 18.30 WIB, acara diselingi
sholat maghrib. Kami menuju musholla mungil yang apik dan bersih di sudut
belakang taman yang nyaman walaupun langit sudah gelap. Sekembalinya kami ke ruangan, dilanjutkan makan malam,
sambil berdiskusi di meja letter U itu.
Dari semua pertanyaan-pertanyaan dari para peserta, berikut jawaban ini yang saya tangkap dan simpulkan:
- Di Eropa ada universitas yang menanggung beasiswa S3 berikut membiayai keluarganya. Apalagi setiap anak yang terlahir di sana akan ditanggung Negara. Maka carilah kuliah yang kompetitornya sedikit, sehingga kesempatan untuk mendapatkannya berpeluang besar.
- Jangan takut tidak bisa berbisnis, dengan mengajar bahasa Indonesia pada anak-anak, ikut acara menari di KBRI mendapatkan imbalan jasa, bahkan jualan batik pun akan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat ganda, tentunya dijual dengan harga 3x lebih mahal daripada di Indonesia.
- Pendidikan di sana lebih mengarah sistem “LEARNING BY DOING”, melihat dan mempelajari dengan pengalaman. Bukan duduk manis mendengarkan guru saja, sistemnya tidak satu arah. Kenyataannya banyak siswa Indonesia yang mampu berprestasi di sana dibanding ketika ia bersekolah di Indonesia, katanya pelajaran matematika di Jerman lebih mudah difahami.
- Banyak hal yang bisa menekan biaya hidup di sana, sebagai contoh beasiswa diberikan 1100 Euro, bisa dimanfaatkan untuk apartemen, internet, gas dan listrik. Lebih baik masak sendiri karena dapat mengurangi pengeluaran berlebih dibanding makan di luar. Carilah toko-toko yang menjual bahan makanan halal karena ternyata harganya lebih murah. Jika butuh jaket, ricecooker, tak perlu membeli segala keperluan yang baru, bergabunglah dengan komunitas barang second, di sana. Bahkan bisa diberi secara gratis, daripada mereka pulang ke Negara masing-masing dengan bawaan yang berat.
- Jika ingin mencoba, kita bisa mencari/browsing jalur-jalur mana yang menerima mahasiswa beasiswa. Cari sponsor yang mau memberikan fasilitas gratis sepenuhnya, asalkan kita dapat membantu menyelesaikan proyek yang mereka tawarkan.
- Ada pengalaman dari narasumber bernama mas Anton. Dia bisa kuliah di Prancis dengan bantuan beasiswa. Bahkan mendapat bantuan sewa tepat tinggal sebesar 40% dari pemerintah di sana. Tak perlu khawatir dengan bahasa Inggris, bahasa pengantar kuliah lebih banyak menggunakan bahasa Prancis, sehingga ia pun sengaja kursusterlebih dahulu. Di sana banyak restoran murah dan halal, karena ternyata komunitas muslim di sana menempati urutan ke-2. Keunikan berpuasa di sana adalah menikmati waktu yang sangat panjang bisa mencapai 16 jam. Jika ingin tahu lebih lanjut berbagai pengalaman dan bagaimana caranya bisa sekolah di Prancis bisa menghubungi dirinya di Institut Prancis, Jl.Salemba no.25.
- Menurut Ibu Destriani Nugroho sebagai Project Officer Delegation of The European Union to Indonesia, Brunei Darussalam and ASEAN memang tak perlu khawatir dengan syarat TOEFL, karena tidak semua Negara membutuhkan bahasa Inggris, namun tak ada salahnya memperdalam bahasa Inggris yang menjadi salah satu administrasi persyaratan untuk beasiswa tersebut. Jadi bersiaplah dengan kursus bahasa sesuai Negara yang dikunjungi. Selain itu tidak semua university mensyaratkan harus bekerja terlebih dahulu, asalkan calon mahasiswa telah menempuh pendidikan kuliah 3 tahun, atau ada pula yang menghitung sudah berapa SKS yang ditempuh. Ada hal yang sangat jarang diketahui masyarakat, ada Beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola oleh Menteri Keuangan yang dialokasikan untuk 1500 mahasiswa.
Saya hanya menghimbau kepada pembaca. Selain niat, tentunya ada semangat dan usaha sangat diperlukan. Tak perlu ciut untuk belajar ke seluruh Eropa hanya karena tidak mempunyai uang. Bumi Allah itu luas. Maka, untuk mencari beasiswa bisa mengunjungi situs-situs Embassy berbagai Negara. Atau kunjungi saja pameran EHEF besok lusa, cari informasi sebanyak-banyaknya, siapa tau banyak jalan menuju Eropa bukan?. Jangan lupa registrasi terlebih dahulu di www.ehef-indonesia.org . Selamat mencoba and good luck!
maaaakkk makin kepengen kuliah di europe nih... hikhik
BalasHapusDulu nggak kesampaian sekolah di luar. Sampai sekarang masih memendam harapan :)
BalasHapusiyah, sama mak, setidaknya kepengen menjejakkan kaki di Eropa gitulah ^_^
Hapusterimakasih sudah mampir :)
karena emak ni terlanjur tuaa, biarlah anak-anakku yang dapat beasiswa ke Eropa. Emaknya ikut nengokin aja... makasih mak sangat bermanfaat.
BalasHapusihiks..kapan ya...
BalasHapusKereeen reportasenya :)
BalasHapus