“Mensana In Corpore Sano, pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat.” (penyair Romawi)
Tubuh yang sehat akan melahirkan pikiran dan mental
yang sehat pula. Demikian pula prinsip hidup keluarga kami, kesehatan badan
harus diiringi kesehatan jiwa. Untuk mewujudkan hal tersebut aku sebagai ibu
sekaligus istri menjadi pionir dalam membangun tradisi kesehatan keluarga. Aku
mengadopsi dari sekian banyak ilmu, informasi dan beberapa kebiasaanku kecil
dulu dan dipraktekkan ke dalam kehidupan nyata. Kesehatan rohani dan jasmani
harus berkesinambungan serta didukung dengan asupan gizi yang baik.
Sehat Jasmani dan Rohani
Sejak aku kecil, kebiasaan baik keluarga besarku adalah
bangun pagi. Selesai sholat subuh berjamaa’ah ayah dan ibu melarang kami agar tidak
boleh tidur lagi, hmm..padahal enak banget jika tidur lagi, “Eh, udara pagi itu bagus untuk paru-paru,” begitu kata ibu sambil membuka seluruh jendela. Sirkulasi
udara yang baik membuat rumah dan isinya menjadi sehat. Jika hari libur mau pun
hari Minggu, ayah membiasakan kami untuk beranjak ke halaman depan.
Masing-masing diberi tugas, ada yang menyapu halaman, menyiram pohon, dan bersama bercocok tanam. Ayah bilang dua manfaat sekaligus kita dapat, badan sehat dan tanaman pun sehat. Benar saja, alhasil sebagian buah-buahan, cabai, dan sayur bayam dapat dipetik dari hasil tangan kecil kami. Oke, akhirnya kebiasaan itu terus menjadi tradisi awalnya sehat.
Masing-masing diberi tugas, ada yang menyapu halaman, menyiram pohon, dan bersama bercocok tanam. Ayah bilang dua manfaat sekaligus kita dapat, badan sehat dan tanaman pun sehat. Benar saja, alhasil sebagian buah-buahan, cabai, dan sayur bayam dapat dipetik dari hasil tangan kecil kami. Oke, akhirnya kebiasaan itu terus menjadi tradisi awalnya sehat.
Kini tradisi itu menurun kepada keluarga kecilku. Kami menempati rumah mungil dengan banyak jendela agar udara tetap baik. Karena terbukti anakku terbebas dari sesak nafas yang dulu sempat menyerang akibat sirkulasi kamar yang kurang baik. Selain mengajari mereka sholat berjama’ah dan mengaji, kedua anakku suka sekali bermain tanah juga air.
Langsung saja kondisi itu kumanfaatkan sebagai gerakan sehat. Kukenalkan bercocok tanam pada kantong-kantong kecil, menyemai bibit, dan menyiramkan dengan selang air. Mereka tak kularang bermain kotor-kotoran, berlari ke sana kemari dibawah guyuran hujan yang tenang, asalkan setelah itu wajib mandi dan membersihkan diri.
Tiap sore kini suami dan aku mengajak mereka, Shidqi dan Selma, bersepeda ke kolam renang komplek rumah, sesekali berenang di sana. Bahkan sering bersepeda sampai ke stasiun Bojong Gede yang memang masih terjangkau arahnya. Mereka suka sekali melihat rel dan kereta yang lewat, menghitungi berapa kereta yang lewat ke arah Bogor dan arah sebaliknya, Jakarta, dalam hitungan menit.
Shidqi sangat antusias, usianya yang masih 6 tahun menjadi berambisi menjadi masinis. “Masinis yang bisa sholat di dalam kereta, dan nanti jadi masinis di Eropa, supaya bisa melihat salju, “ jawab tegasnya ketika ditanya apa cita-citanya. Amiin, semoga tercapai ya, nak.
Bagiku kesehatan rohani dan jasmani diperoleh sederhana saja. Selalu diberikan kebebasan berekspresi dalam jalur-jalur yang baik. Aku yakin dengan munculnya kegembiraan, dalam otak mereka akan terjadi pelepasan hormon serotonin dan oksitosin yang memberikan dampak positif pada kondisi tubuh, membuat konsentrasi, menghilangkan stress belajar, bahkan membentuk imunitas alami.
Dengan imunitas yang baik maka tubuh akan menjadi kuat dan kebal terhadap penyakit, mental mereka pun siap menghadapi kondisi kehidupan ini. Hal itu harus didukung dengan asupan makanan dan minuman yang baik pula.
Sumber Makanan Sehat
Kini aku ingin
bertanya, makanan dan minuman apa yang paling anda cari agar badan kita tetap
sehat? Ya, tentu saja, makanan dan minuman yang terbuat dari bahan baku
pilihan, segar, alami, dan tidak terlalu banyak zat kimia tambahan seperti penyedap
rasa (MSG), pewarna makanan, pemanis buatan, dan sebagainya. Demikian diriku
sangat menjaga kedua anakku untuk tidak jajan sembarangan. Bekal sekolah pun kubuat sendiri di pagi hari, karena Shidqi lebih menyenangi masakanku.
Mereka sering bertanya, “kenapa sih Shidqi dan adik tidak boleh makan permen? Kenapa tidak beli kue itu saja? Kenapa bunda tidak beli ayam goreng itu?”. Kenapa, kenapa, dan kenapa. Jawabanku adalah,” supaya kamu tidak gampang sakit, nak. Nanti bunda buatkan sendiri di rumah, pastinya lebih enak dan sehat.”
Mereka sering bertanya, “kenapa sih Shidqi dan adik tidak boleh makan permen? Kenapa tidak beli kue itu saja? Kenapa bunda tidak beli ayam goreng itu?”. Kenapa, kenapa, dan kenapa. Jawabanku adalah,” supaya kamu tidak gampang sakit, nak. Nanti bunda buatkan sendiri di rumah, pastinya lebih enak dan sehat.”
Membuat kue,
makanan, dan minuman apapun di rumah terasa mengasyikan. Aku tahu pasti apa
saja yang terkandung pada bahan-bahan yang dibeli. Tahu, tempe, daging, buah-buahan
dan sayur mayur segar, gula pasir, telur dan tak lupa minyak goreng Sunco
menjadi andalanku. Menggoreng, menumis, dan menjadi bahan dasar masakan kegemaran
kami. Tak lupa anak-anak pun ikut menimbang, mengocok adonan, dan terlihat
kelucuan mereka bolak-balik ke dapur menunggu hasil. “Sudah jadi ya bunda?”.
Oke, mari kita cuci tangan sebelum makan!
Ini dia salah satu resep sehat andalan kami:
BROWNIS WORTEL
-75 ml minyak goreng Sunco
-125 gram coklat balok,
potong-potong kecil
-1/2 sendok teh Garam
-1/2 sendok teh ovalet
sebagai pelembut kue
-125 gram terigu yang
sudah diayak
-100 gram wortel parut
-75 ml susu bubuk coklat yang dicairkan
Cara membuat:
1. Cairkan coklat balok bersama
minyak goreng Sunco menggunakan api kecil agar tidak gosong dan pahit.
3. Masukkan tepung terigu
sedikit demi sedikit sampai habis lantas aduk rata.
4. Masukkan wortel parut
ke dalam adonan, aduk perlahan.
5. Masukan susu cair coklat
perlahan-lahan sambil terus diaduk rata, tanpa ada gumpalan.
6. Masukkan adonan
tersebut kedalam loyang atau double pan. Panggang/kukus selama 45 menit
dengan api sedang. Sedangkan jika menggunakan double pan cukup
menggunakan api kecil sekali, masak selama 25 menit.
8. Tambahkan topping jika
suka, 5 menit sebelum adonan matang dan diangkat, harum dan sedap.
Minyak Goreng Sunco
Aku memilih Sunco karena kwalitasnya memang tak
diragukan lagi. Telah mendapat predikat Superbrands 2010-2011 Indonesia's Choice. Warna minyaknya yang kuning cerah, tidak kusam, dan dapat
diminum tidak pekat terasa di tenggorokan memberikan kepercayaanku bahwa minyak
goreng Sunco layak jadi pilihan. Minyak goreng Sunco diolah dari biji kelapa sawit
pilihan, tak lebih 24 jam setelah dipetik, melalui 5x proses yaitu 3x pemurnian
dan 2x penyaringan sehingga menghasilkan minyak goreng yang bening dan tidak
mudah membeku. Pada setiap 15 gram atau setara 1 sendok makan Sunco mengandung 135kkal energy,
lemak jenuh 6 gram, dan Vitamin A 30% yang cukup untuk kebutuhan gizi.
Mendapat
penghargaan Peduli Gizi karena minyak goreng ini terfortifikasi dengan
Vitamin A dari Jerman
yang tidak rusak saat dimasak, tetapi hanya berkurang pada saat 3 kali
pemakaian. Hal ini dapat menurunkan resiko kanker dan ancaman kolesterol
jahat. Kita tahu bahwa Vitamin A bukan hanya untuk kesehatan mata, namun juga bermanfaat untuk kesehatan lapisan permukaan mukosa
sehingga dapat membantu penyembuhan luka, mengatasi penyakit kulit, jerawat,
bahkan mempertahankan kesehatan mata, gigi, dan rambut.
Nah banyak sekali
manfaatnya selain berguna untuk memasak. Jika yang kita konsumsi sudah baik
mengapa kita jadi ragu untuk menjalani hidup sehat. Sehat dari dalam dan luar.
Ayo, kita mulai dari sekarang! Bagaimana dengan anda? Coba yuk..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Agar tidak spam pada komentar, gunakan akun Google kamu. Atau kirim email ke: info.narasilia@gmail.com. Thank you ❤