Hidup di
komplek dengan posisi rumah saling berdekatan, membuat berbagai macam kejadian
selalu terdengar dan terlihat setiap waktu. Kebetulan tetangga depan rumah kami
seringkali ribut antara kakak beradik, ditambah lagi suara orangtuanya yang keras melerai
perkelahian kecil tersebut. Bertambah berisik. Hampir setiap saat seperti itu. Ada rasa jengkel dan
gemas setiap kali melihat kondisi tersebut, ada apa sebenarnya yang terjadi? Apa
penyebabnya? sehingga tidak ada keselarasan dan keharmonisan dalam keluarga tersebut.
Melihat
kondisi seperti itu, justru muncul sebuah pelajaran dan ide yang berkecamuk dalam pikiranku. Hal itu harus diperbaiki dan tidak boleh terjadi di dalam keluargaku. Aku merasa diri ini harus berperan menjadi ujung tombak tumbuhnya kedamaian hidup
berkeluarga. Ingin kedua buah hatiku tumbuh cerdas. Bukan hanya kecerdasan berhitung,
membaca, menulis, bernyanyi, dan sebagainya, akan tetapi anak-anak yang memiliki kecerdasan emosi dan keseimbangan sosial sejak dini. Memiliki kepedulian antar bersaudara. Membentuk akhlak dan perilaku yang cerdas. Semua itu harus perlu bimbingan yang tepat.
Suatu kali pernah terjadi keributan kecil, bukan menyalahkan sang kakak, akan tetapi aku mencari apa penyebab hal itu terjadi. Menasihati dengan kalimat sederhana, lalu menuntun mereka untuk mau saling memaafkan, bersalaman, bahkan berpelukan demi melunakkan keegoisan. Kebiasaan mengucap kata minta tolong, terimakasih, dan maaf adalah menu wajib yang harus terus dilatih, agar tumbuh sopan santun dan tidak tertumpuk rasa kesal bahkan menjadi dendam. Jika pribadi baik itu mulai muncul pada diri Shidqi, aku meyakini Selma pun akan mengikuti contoh dari kakaknya itu.
Seiring bertambah usianya, imajinasi Shidqi terus berkembang. Sedari kecil sering kubelikan bermacam-macam
buku dan dibacakan berbagai cerita dongeng. Senangnya bukan main. Selain suka
mewarnai, kini dia pun telah pintar membaca. Adik Selma (usia 2.5th)
pun sering dibacakan buku, majalah, bahkan koran olehnya, sering diajak mencoret-coret gambar, juga bermain komputer. Shidqi sangat menyukai segala yang berhubungan dengan kereta, koleksi mainan dan majalah keretanya cukup banyak. Maklumlah karena rumah kami memang dekat dengan stasiun kereta, dia sangat mengagumi saat melihat wujud kereta yang kokoh. Dia
bercita-cita menjadi masinis.
Pernah
suatu hari dia berkhayal dan berkata kepadaku, “Bunda, kalau besar nanti Shidqi
mau jadi masinis di Eropa”.
“Wow,
asyik dong. Nanti bisa ajak ayah dan bunda. Tapi kenapa harus di Eropa?” tanyaku.
“Iya Selma juga diajak. Supaya Shidqi bisa bermain
salju berdua adek. Di Indonesia kan tidak ada salju, jadi Shidqi maunya di luar
negeri saja,” jawabnya sambil tetap serius menarik gerbong kereta miniaturnya. Terharu dan bahagia mendengar perkataannya
itu. Setidaknya dia telah memiliki emosional yang baik, menyayangi dan dapat membimbing
adiknya kelak.
Kami berharap mereka akan selalu pintar, rukun, dan damai. Pastinya bukan hanya contoh
perilaku yang baik dari kedua orangtuanya, akan tetapi juga memberikan asupan makanan dan vitamin yang cukup
sebagai pendukung agar mereka selalu sehat. Takaran yang sangat pas untuk mendukung
kesehatan tubuh dan membuat otak anak bekerja lebih baik, sehingga otomatis meningkatkan dayatangkap anak dalam belajar. Anak yang sehat pasti akan tumbuh jiwa yang kuat dan cerdas.
Saya sepakat, peran orang tua memang sangat penting dalam tumbuh kembang emosi anak. ortu saya dlm mendidik anaknya senantiasa denga hikmah dan ketauladanan tanpa pernah membedakan kami satu sama lain. Alhamdulillah hasilnya kami dengan saudara-saudara sangat rukun dan tidak pernah bertengkar satu sama lain
BalasHapusterimakasih atas sharingnya mas/mbak.. memang sebetulnya orangtualah yg paling berperan dalam mempola didik anak-anaknya
Hapusterimakasih sudah mampir :)
bagus banget lia tulisannya, sangat menginspirasi dan menjadi solusi kalau terjadi konflik. duh sama dirmh 1 pangeran dan 2 putri jg rame banget. lumyan sering berantem, abang hakam (9 thn) suka iseng jahilin kaka atira (6) yg dikit2 disenggol aja nangis, eh adiknya alika (2,7th) suka belain mana yg menurut dia jd korban. tp ada satu hal positif dari berantem kakak-adik bagi alika yg alhamdulillah komunikasi verbalnya sudah lancar. seringkali dia yg cerita ke mama-papa kronologis peristiwanya plus dengan ekspresi yg lucu menggemaskan. tp setelah 5 menit berantem, cepet rukun lagi. yah itulah dunia kakak-adik, mudah2an itu hanya cerita di masa kecil, selanjutnya mereka akan selalu saling menyayangi. shidqi dan selma seumuran sama atira-alika. kucinya KESABARAN orang tua, mudah2an kita dijadikan orang tua yang zuper zabar amiin. salam opay
BalasHapusamiiiin, terimakasih sharingnya bu Opay..senangnya bisa berbagi, iya anak-anak kita sepantaran yaa, hehe..
HapusYap setuju bu, intinya kita yg harus kontrol, insyaallah mereka akan meniru yg baik