Datang ke Jakarta dan berkendara? Jangan harap
menggunakan mobil, motor saja sering kali kena dampak macet. Kenapa? Kalau
sering memantau perkembangan, hal ini dikarenakan jumlah pengguna mobil dan
motor sangat membludak, pembangunan jalan juga bisa menjadi alasan penyebab
kemacetan. Menjadi pejalan kaki saja sering kali terganggu oleh para pedagang
dan motor yang berseliweran menempati trotoar. Mau naik bus umum atau angkot? Mau tidak mau harus merasakan kesal.
Karena sering merasa waktu habis terbuang untuk ikut ngetem, si
sopir menunggu penumpang. Sangat beruntung jika angkutan tersebut langsung
terisi penuh. Belum lagi kondisi di dalamnya seadanya, kumal dan kotor. Sungguh
tergambarkan kesemrawutan dan kurang nyamannya transportasi darat di Jakarta.
Bagaimana bila menggunakan kereta listrik?
Dengan kenaikan tarif tidak menjamin ketepatan waktu kereta datang, sering
beralasan belum tersedianya gerbong di stasiun, sehingga mengalami
keterlambatan, tidak sesuai dengan jadwal keberangkatan yang sudah terpampang
rapi di papan informasi. Belum lagi peminat kereta kian bertambah, seringkali
padat dan sesak bila berada di dalamnya, khususnya pada jam pergi dan pulang
kantor.
Demikian pula halnya dengan busway, tidak jauh
berbeda dengan wajah perkeretaapian di Indonesia. Ketersediaan bus dengan
jumlah peminat belum seimbang, seringkali tetap terjadi kepadatan di dalamnya.
Jarak waktu kedatangan juga terasa amat lama. Pelayanan para petugas pun harus
perlu ditingkatkan.
Pernah suatu kali, saya sebagai seorang ibu dengan membawa anak kecil yang kebetulan saat itu pulang malam, terpaksa harus turun di shelter busway. Terlewat, akibat sang penjaga pintu malah mengobrol dengan salah satu penumpang wanita, membuat dia tidak bersiaga menginformasikan di mana posisi pemberhentiaan saat itu. Sungguh kesal saya dibuatnya, terpaksa turun di pemberhentian berikutnya. Jelas saya tidak mau disalahkan, karena memang saya adalah penumpang yang tidak terlalu hafal tiap-tiap shelter. Saya baru kedua kali naik.
Tambah sedih dan kesal, saat kami tidak diizinkan menggunakan busway arah balik jika tidak membayar tiket. Dengan alasan harus membeli tiket baru dan itu bukan jalur transit. Oke, memang sebaiknya begitu, tetapi dalam kondisi malam hari, kondisi kami harus berjalan kaki menuju arah balik ke Stasiun Cawang, Cikokol yang jaraknya hampir 1 kilometer. Bisa dibayangkan, betapa naifnya.
Pernah suatu kali, saya sebagai seorang ibu dengan membawa anak kecil yang kebetulan saat itu pulang malam, terpaksa harus turun di shelter busway. Terlewat, akibat sang penjaga pintu malah mengobrol dengan salah satu penumpang wanita, membuat dia tidak bersiaga menginformasikan di mana posisi pemberhentiaan saat itu. Sungguh kesal saya dibuatnya, terpaksa turun di pemberhentian berikutnya. Jelas saya tidak mau disalahkan, karena memang saya adalah penumpang yang tidak terlalu hafal tiap-tiap shelter. Saya baru kedua kali naik.
Tambah sedih dan kesal, saat kami tidak diizinkan menggunakan busway arah balik jika tidak membayar tiket. Dengan alasan harus membeli tiket baru dan itu bukan jalur transit. Oke, memang sebaiknya begitu, tetapi dalam kondisi malam hari, kondisi kami harus berjalan kaki menuju arah balik ke Stasiun Cawang, Cikokol yang jaraknya hampir 1 kilometer. Bisa dibayangkan, betapa naifnya.
kondisi di dalam Commuterline ketika lengang |
Foto ilustrasi, semoga tidak terjadi di Indonesia |
Namun kondisi itu belumlah terjadi pada kereta
listrik ekonomi. Sesak, panas, terkesan kumuh, asap rokok, juga masih seringnya
para pengemis dan penjual kaki lima berkeliaran di dalam kereta membuat
bepergian terasa sangat menyebalkan. Kini dengan bergantinya kepemimpinan PJKA, mereka mulai berbenah. Walau
belum maksimal, namun tetap kita harapkan semoga kereta api di Indonesia bisa
mewakili menjadi salahsatu alat transportasi yang sangat baik dalam peningkatan
mutu dan pelayanan. Demikian untuk transpotasi lainnya, kita tunggu saja.
nambah info banget bang, seumur2 saya belum pernah naik kereta api ato busway, hehehe
BalasHapusayolah bang, datanglah sekali-kali ke Jakarta ^_^
Hapuseh by the way, saya bukan abang ih #protes sambil manyun
Semoga angkutan umum di Jakarta dan beberapa kota lainnya di Indonesia, bisa seperti yang ada di tulisan ini...amin
BalasHapushttp://kelilingriau.blogspot.com/2013/02/menumpang-lrt-kelana-jaya-serasa-dalam.html
udah mampir aku bang, wuih mantapya ya, jadi kepengen nyobain ke sana, tapi kapan yaa, hehe
Hapusada yang bilang, hidup di Jakarta bikin kita tua di jalan.., hehhee emang iya sih. Macet, polusi. Naik kereta rebutan, naik busway lama nunggu..ah capek deh. Tapi mau gimana lagi ya, semangat dan daya juang orang Jakarta justru bisa kita lihat dari situ.. Semoga suatu hari nanti, impian semua orang tentang fasilitas umum yg nyaman cepat terwujud ya.. *mencoba optimis :D
BalasHapushehehe..mau tak mau ya mak, amiiin semoga banyak kemajuan
Hapusmakasih mak sudah mampir ^_^
suamiku kalo ke kantor naek commline...
BalasHapuslumayan juga siy karna jadinya gak capek di jalan...
iya betul, saya juga pelanggan CL mbak, wlw suangat padat tapi mmg masih mjd kategori paling cepat, dari Bogor-Kota bisa ditempuh dlm waktu 1,5jam saja, klw tdk ada kendala.. wkt itu pernah nyoba naik bus ke jakarta, sampai 2jam macet di tol, hiks..
Hapus